Mau Cari Minyak di RI, Investor Tak Perlu Beli 'Karcis'

Mau Cari Minyak di RI, Investor Tak Perlu Beli 'Karcis'

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 18 Mei 2017 08:19 WIB
Foto: Budi Hartadi
Jakarta - Sebagai salah satu upaya membuat sektor hulu migas nasional kembali bergairah, Kementerian ESDM memfinalisasi Peraturan Menteri (Permen) ESDM, tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Survei Umum, Eksplorasi, dan Eksploitasi Migas.

Investor yang ingin masuk ke sektor hulu migas Indonesia akan mendapat kemudahan berupa data cadangan migas, hasil survei geologi, dan geofisika, serta permukaan tanah (subsurface). Semua data awal yang dibutuhkan untuk eksplorasi migas bisa diakses secara online dan gratis.

Data eksplorasi migas ini ibarat karcis untuk masuk pameran. Sekarang banyak investor malas datang, karena karcisnya bayar mahal. Kalau karcisnya gratis, pasti lebih banyak yang datang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Permen Open Data masih difinalisasi. Open datanya adalah nanti data-data yang boleh kita rilis, data subsurface, data geologi dan geofisika, dan potensi-potensi yang ada boleh diakses dari berbagai belahan dunia dan dianalisis oleh mereka," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (18/5/2017).

Nantinya, investor tinggal mendaftar dan meminta data secara online saja dari negara asalnya, lalu diverifikasi oleh Kementerian ESDM. Data akan diberikan jika perusahaan sudah terverifikasi. Semuanya gratis, tak dipungut biaya sama sekali.

Saat ini, investor migas masih sulit memperoleh data cadangan di Indonesia. Data tak bisa diakses secara online, investor harus datang langsung ke Indonesia dan membeli data ke Kementerian ESDM.

Lewat aturan ini, investor tak perlu jauh-jauh datang dulu ke Indonesia untuk memperoleh data, tinggal duduk di depan komputer saja. Mereka bisa melakukan analisis dari negara asalnya, lalu baru ke Indonesia jika tertarik untuk melakukan eksplorasi.

"Misalnya perusahaan minyak di Norwegia, kan jauh. Dia tinggal daftar secara online dan dia bisa mengakses data kita. Ahli-ahli geologi dan geofisika mereka menganalisis, kira-kira bagus, dia datang ke sini. Kalau menarik, mereka analisis, baru mereka datang ke sini. Datanya gratis. Kalau sekarang, mereka harus ke sini dulu untuk beli data. Tapi mereka harus terdaftar, dari mana perusahaannya dan sebagainya. Ada verifikasinya," tutup Wirat.

Pembukaan data diharapkan bisa meningkatkan investasi di sektor hulu migas. Pada 2016, investasi di hulu migas Indonesia menurun 27% dibanding 2015, dari US$ 15,34 miliar menjadi US$ 11,15 miliar.

Dengan kata lain, Indonesia kehilangan investasi sebesar US$ 4,19 miliar atau Rp 55 triliun (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.300) dari hulu migas pada tahun lalu. Indonesian Petroelum Association (IPA) menyebut industri hulu migas Indonesia sudah mengalami krisis. Investor tak lagi melihat Indonesia sebagai tujuan yang menarik. (mca/wdl)

Hide Ads