-
Pemerintah mendorong ketersediaan listrik melalui program 35.000 megawatt (MW). Dengan ketersediaan listrik, diharapkan produktivitas meningkat dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
memang tidak kilat. Sejak diluncurkan pada Mei 2015, pembangkit yang beroperasi baru 8%.
Lalu, sejauh mana program 35.000 MW berjalan? Berapa pembangkit yang dapat beroperasi tahun ini?
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (
ESDM) mencatat, pembangkit listrik dalam program 35.000 MW yang sudah beroperasi atau
commercial operation date (COD) baru 8% atau 2.899 MW hingga akhir Desember 2018. Sementara, pembangkit yang masuk tahap konstruksi mencapai 52%
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, 52% dalam tahap konstruksi itu setara dengan 18.207 MW. Sebagian, akan rampung tahun ini.
"Saya yakin tahun 2019 dari 18.000 MW, sekitar 40%-nya sudah memasuki COD, total 12.000 MW, dari 18.000 MW," kata dia di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (10/1/2019).
Dengan beroperasinya sebagian pembangkit di 2019, maka secara persentase, program 35.000 MW akan terealisasi 45%.
"Jadi hampir 45% dari pada total proyek 35.000 MW, kan total 35.000 MW sampai 2024," ungkapnya.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Jisman Hutajulu mengatakan, program 35.000 MW berjalan dengan baik. Sebab, banyak proyek sudah masuk tahap konstruksi. Kemudian yang sudah berkontrak 11.467 MW, tahap pengadaan 1.683 MW dan perencanaan 954 MW.
"Sampai dengan 15 Desember 2018, proyek pembangkit yang memasuki tahap COD sekitar 8%, konstruksi 52%, kemudian telah kontrak atau PPA 32% proses pengadaan 5%, perencanaan 3%," terangnya.
"Sebenarnya sudah cukup maju, karena hanya 8% belum terealisasikan, perencanaan dan pengadaan 8%," terangnya.
Andy Noorsaman Sommeng melanjutkan, untuk rencana kerja di 2019 mematok target kapasitas terpasang sebanyak 66.565,71 MW. Dia mengatakan, di tahun ini ditargetkan ada tambahan kapasitas terpasang sebanyak 3.976 MW. Sementara, kapasitas terpasang sampai 2018 mencapai 62.589,71 MW.
"Target (2019) kapasitas 66,5 gigawatt (GW)," kata dia.
Dia melanjutkan, target investasi 2019 sebesar US$ 12,04 miliar. Angka ini lebih tinggi dibanding posisi tahun sebelumnya sebanyak US$ 11,28 miliar.
Andy bilang, pemerintah juga akan meningkatkan rata-rata konsumsi listrik sebesar 1.200 kWh per kapita, naik dari tahun 2018 sebesar 1.064 per kapita.
Konsumsi listrik Indonesia saat ini juga masih di bawah negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura.
"Tahun lalu 1.064 kwh per kapita memang masih jauh, Malaysia 4.000 kWh per kapita, Singapura 8.000 kWh per kapita. Tapi DKI 3.500 lho kwh per kapita," sambungnya.
Lanjutnya, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi menjadi 99,9% tahun ini. Angka ini meningkat dibanding realisasi 2018 sebesar 98,30%.