Mengutip CNBC Indonesia, Kamis (11/4/2019) Jonan memberi tiga catatan terkait rencana penurunan tarif listrik 20%. Pertama, Jonan bilang, tarif bisa saja diturunkan dengan menaikan subsidi. Tapi, itu dengan syarat disetujui DPR.
"Tambah hampir dua kali lipat, kalau mau turun 20% subsidinya ya Rp 100 triliun-Rp 120 triliun," ujarnya di Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kedua, jika kebijakan ini diambil maka perlu pertimbangan, apakah memilih kenaikan subsidi atau meningkatkan pembangunan kelistrikan. Jonan menuturkan, masih ada wilayah di Indonesia yang belum terakses listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang belum ada layanan kelistrikan malah tidak dapat subsidi sama sekali jika tarif diturunkan. Prinsip keadilan sosialnya ini bagaimana nantinya," jelas Jonan.
Ketiga, terkait efisiensi. Menurut Jonan dalam beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk menekan biaya pokok produksi listrik. Di antaranya, adalah capping harga batu bara di level US$ 70 per ton.
Langkah efisiensi ini tidak bisa dikebut dalam 100 hari. Jonan menuturkan, ada banyak faktor untuk turunkan tarif listrik dan efisiensi.
"Ada energi primer harga gas, batu bara, kalau itu mau diturunkan lagi cap-nya, bisa hancur pertambangan," jelas dia.
Sementara, jika ingin tetap turunkan tarif namun tidak menambah subsidi, hal itu juga agak sulit dilakukan. Sebab, akan membebani keuangan PLN.
"Keuangan PLN tidak mampu nanti," ujar Jonan.