Jakarta -
Sejumlah perusahaan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH). Mereka yang sebelumnya bekerja dari kantor, kini harus bekerja dari rumah.
Bekerja dari rumah tentunya berimbas pada meningkatnya konsumsi listrik. Mereka yang WFH ataupun tidak, mengeluhkan tagihan listriknya bengkak.
Banyak yang tak yakin dengan pencatatan PLN terkait pemakaian kWh mereka yang melonjak tajam hingga ada yang tiga kali lipat dari biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, apa sih penyebab lonjakan pemakaian listrik?
Pengamat energi Fabby Tumiwa menyebut setidaknya ada beberapa penyebab kenaikan tagihan listrik terjadi. Salah satu penyebab utamanya adalah adanya kenaikan konsumsi listrik yang tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri.
"Dari informasi yang disampaikan PLN, memang tidak ada kenaikan tarif listrik untuk pelanggan non-subsidi. Tarif masih tetap sama. Adanya kenaikan tagihan listrik karena kemungkinan besar konsumsi listrik naik selama kerja dan belajar dari rumah," ujar Fabby kepada detikcom, Senin (4/5/2020).
Konsumsi listrik yang paling besar memakan daya salah satunya adalah penggunaan pompa air. Masyarakat cenderung tidak sadar bahwa ada pemakaian pompa air yang meningkat selama WFH.
"Masyarakat tidak sadar kalau mengkonsumsi listrik banyak dan masih menganggap pemakaian listriknya normal. Misalnya pompa air bekerjanya lebih banyak karena lebih banyak penggunaan air untuk cuci tangan, memasak, dan sebagainya. Kita tidak sadar bahwa aktivitas tersebut menyebabkan kenaikan kerja pompa air. Pompa air ini cukup besar konsumsi listriknya bisa 10-20% dari penggunaan listrik di rumah," sambungnya.
Klik halaman berikutnya >>>
Lalu, penggunaan air conditioner (AC) otomatis akan melonjak di saat-saat seperti ini. Konsumsi AC disebut Fabby sebagai salah satu konsumsi paling boros, bisa memakan hingga 60% dari total penggunaan listrik harian rumah tangga.
"Perangkat listrik yang juga banyak menggunakan listrik adalah AC. Penggunaan AC berkontribusi 40-60% dari seluruh konsumsi listrik. Kalau tanpa WFH, AC di ruangan mungkin baru malam hari dinyalakan tapi selama WFH penggunaan AC bisa lebih panjang waktunya dan lebih banyak. Ini tidak disadari tapi bisa membuat penggunaan listrik melonjak," terangnya.
Selain itu, ada juga masyarakat yang tidak WFH tapi tetap mengalami kenaikan tagihan listrik. Hal itu menurut Fabby bisa saja terjadi sebab pegawai PLN tidak melakukan pencatatan langsung dari rumah ke rumah lainnya. Ditambah tak semua pelanggan rutin mengirimkan pembacaan pemakaian kWh mereka, sehingga akhirnya PLN melakukan perhitungan yang dihitung berdasarkan estimasi rata-rata konsumsi tahun sebelumnya. Hal ini lah yang membuat tagihan listrik melonjak bagi mereka yang tidak WFH.
"Adapun untuk pelanggan pasca bayar, karena pencatat meter tidak datang untuk memeriksa dan tidak semua pelanggan mengirimkan pembacaan kWh meter ke PLN, maka PLN bisa saja menggunakan estimasi/perkiraan konsumsi listrik rata-rata dari tahun lalu. Ini bisa menimbulkan adanya lonjakan listrik," tambahnya.
Meski demikian, hal itu lumrah dilakukan PLN. Namun, PLN tetap wajib merekonsiliasi penggunaan energi secara riil kepada pelanggan.
"Tidak terlalu salah juga menggunakan estimasi rata-rata tahun lalu atau bulan sebelumnya karena nanti setelah PLN bisa mencatatkan meter secara normal seharusnya dilakukan rekonsiliasi energi listrik yang dikonsumsi secara riil. Seharusnya perbedaan catatan meter akan direkonsiliasi sesudah nanti pencatat meter melaporkan hasil pembacaan meter pasca pandemi virus Corona," pungkasnya.
Menurut Fabby kalau memang konsumsi masih sama seperti sebelumnya harusnya tidak ada yang namanya kenaikan tagihan listrik.
"Pelanggan listrik sebenarnya bisa memeriksa energi terpakai (kWh) dari tagihan mereka. Rincian tagihan bisa diminta ke PLN. Pelanggan bisa membandingkan konsumsi di bulan Februari, Maret dan April. Kalau konsumsi listrik tetap sama, harusnya tagihan tidak melonjak naik," kata Fabby.
Menurut Fabby, konsumsi listrik yang paling besar adalah penggunaan air conditioner (AC). Konsumsi AC disebut Fabby sebagai salah satu konsumsi paling boros daya, bisa memakan hingga 60% dari total penggunaan listrik harian rumah tangga.
"Perangkat listrik yang banyak menggunakan listrik adalah AC. Penggunaan AC berkontribusi 40-60% dari seluruh konsumsi listrik. Kalau tanpa WFH, AC di ruangan mungkin baru malam hari dinyalakan tapi selama WFH penggunaan AC bisa lebih panjang waktunya dan lebih banyak. Ini tidak disadari tapi bisa membuat penggunaan listrik melonjak," terangnya.
Lalu selanjutnya penggunaan pompa air. Masyarakat cenderung tidak sadar bahwa ada pemakaian pompa air yang meningkat selama WFH. Sebab penggunaan air adalah kebutuhan mendasar sehingga dianggap sebagai konsumsi yang wajar. Padahal, penggunaan pompa air juga memakan cukup besar daya listrik hingga 20% dari total seluruh pemakaian listrik rumah tangga.
"Masyarakat tidak sadar kalau mengkonsumsi listrik banyak dan masih menganggap pemakaian listriknya normal. Misalnya pompa air bekerjanya lebih banyak karena lebih banyak penggunaan air untuk cuci tangan, memasak, dan sebagainya. Kita tidak sadar bahwa aktivitas tersebut menyebabkan kenaikan kerja pompa air. Pompa air ini cukup besar konsumsi listriknya bisa 10-20% dari penggunaan listrik di rumah," pungkasnya.