Waduh! Ternyata Banyak Transaksi Nikel Kemurahan

Waduh! Ternyata Banyak Transaksi Nikel Kemurahan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 20 Jul 2020 15:49 WIB
Harga Minyak Dunia Anjlok
Foto: Reuters
Jakarta -

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan hingga kini masih banyak penjualan bijih nikel yang harganya terlalu rendah. Bahkan di bawah harga pokok produksi (HPP) penambang nikel.

Yunus memaparkan saat ini rata-rata HPP bijih nikel di Indonesia berkisar US$ 20-22 per ton, atau tepatnya US$ 20,34 per ton. Namun banyak smelter yang menjual di bawah harga tersebut.

"Disayangkan realitas yang ada sering terjadi transaksi penjualan di bawah HPP. Pasti nggak perhatikan good mining price," ujar Yunus dalam konferensi pers virtual, Senin (20/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini terjadi karena berlebihnya jumlah bijih nikel lokal dibandingkan dengan pabrik smelter yang mengolahnya. Yunus menjelaskan di Indonesia baru ada 11 pabrik smelter yang bisa menampung 30 juta ton bijih nikel.

Sementara itu jumlah pasokan nikel nasional mencapai 60 juta ton. Belum lagi penambang nikel sudah tak bisa lagi mengekspor nikel.

ADVERTISEMENT

"Memang supply demand, itu tergantung serapan atau mulut daripada smelter, kapasitas input. Kan ada 11 smelter, ini bisa menyerap sampai sekitar 30 juta ton kapasitas inputnya. Kemudian produksi kita itu sekitar 60 jutaan ton," ungkap Yunus.

Kementerian ESDM sendiri sudah menerbitkan aturan Harga Patokan Mineral (HPM) untuk menjaga harga nikel. Aturan ini akan mengakomodir kebutuhan penambang nikel maupun pelaku usaha smelter.

Yunus menjelaskan harga patokan berada di bawah standar internasional agar pelaku smelter bisa membelinya. Lalu harga patokan juga berada di atas harga pokok produksi penambang nikel.

"HPM ini ditetapkan masih jauh di bawah harga internasional. Misalnya contoh di internasional US$ 60 (per WMT), di kita paling US$ 30. Ini memberikan iklim investasi yang murah untuk smelter. Tapi juga berada di atas harga produksi penambang nikel," jelas Yunus.

Soal smelter sendiri, Yunus menambahkan akan ada tambahan pembangunan smelter lagi hingga 2022. Jumlahnya menjadi 29 smelter.

"Memang kita sedang merencakanan pengembangan smelter berikutnya. Akan ada untuk smelter nikel, jumlah total smelter 29. Kalau itu jadi tahun 2022," kata Yunus.



Simak Video "Video: Melihat Kolam Super Gede di Area Tambang"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads