Genjot Energi Terbarukan, Bakal Ada Tambahan 3 PLTA di RI

Genjot Energi Terbarukan, Bakal Ada Tambahan 3 PLTA di RI

Tim detikcom - detikFinance
Senin, 28 Des 2020 14:10 WIB
PLTA
Foto: PLTA (istimewa)

Komitmen KEEN

Sejak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 September 2019, Kencana Energi sudah mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup menjanjikan. Saat IPO, Kencana Energi baru memiliki satu PLTA, yakni PLTA Pakkat melalui PT Energy Sakti Sentosa dengan kapasitas 18 MW.

Setelah IPO, perseroan sukses menyelesaikan pembangunan dan mulai mengoperasikan PLTA Air Putih di Bengkulu melalui PT Bangun Tirta Lestari dengan kapasitas 21 MW. "Tahun depan, kami akan mengoperasikan PLTMH di Madong, Toraja Utara yang pengerjaannya hampir tuntas sehingga total kapasitas yang dikelola perusahaan akan naik menjadi sekitar 50 MW. Tiga proyek lagi yang sedang kami persiapkan hampir 200 MW," tutur Wilson Maknawi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Keuangan KEEN, Giat Widjaja mengatakan, sejalan dengan penambahan dan optimalisasi kapasitas, kinerja keuangan perusahaan memperlihatkan tren pertumbuhan positif. Aset perusahaan yang pada tahun 2019 sekitar US$ 260,8 juta, diperkirakan tumbuh menjadi US$ 279,6 juta pada akhir 2020 dan menjadi US$ 306,4 juta pada akhir 2021.

Sementara itu, pendapatan perusahaan antara tahun 2019 dan 2020 diperkirakan berkisar US$ 23,7 juta, dan selanjutnya ditargetkan naik menjadi US$ 47,4 juta pada 2021. "Sedangkan laba bersih diprediksi meningkat dari US$ 3,6 juta pada 2019 menjadi US$ 4,7 juta tahun 2020 ini. Selanjutnya laba bersih 2021 ditargetkan menjadi US$ 11,1 juta," ujar Giat Widjaja.

ADVERTISEMENT

Seiring dengan perkembangan kinerja menggembirakan tersebut, menurut Wilson Maknawi, pihaknya akan terus mendorong pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Alasannya, Indonesia merupakan negara dengan potensi EBT yang melimpah. Dengan demikian tidak perlu khawatir pasokan EBT berkurang bila pembangkit fosil dinonaktifkan satu saat nanti. "Kalau di luar negeri pada 2050 (pembangkit fosil nonaktif). Kita bisa tahun 2040-2050 kalau kita serius mengembangkan potensi energi hijau yang kita miliki," ujar Wilson.

Menurut Wilson, jika pasokan energi terbarukan memadai, pemerintah bisa mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk subsidi bunga kredit proyek EBT, seperti proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH).

Dengan potensi yang ada, Wilson Maknawi memproyeksikan Indonesia bisa sepenuhnya menggunakan pembangkit ramah lingkungan dalam 20 tahun ke depan. Perhitungannya, 10 tahun pertama agar pembangkit berbasis fosil yang baru beroperasi bisa kembali modal. Sedangkan lima tahun sisanya merupakan masa transisi untuk mengurangi pemakaian pembangkit fosil.


(dna/dna)

Hide Ads