Pernahkah detikers datang ke sebuah daerah dan melihat ada stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) tapi ukurannya lebih kecil dibanding SPBU biasa?
SPBU kecil ini hanya ada satu tanki, totem kecil sebagai penanda SPBU dan satu petugas yang melayani transaksi pembelian. Selain bensin biasanya SPBU kecil ini juga menjual Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Nah SPBU ini bernama Pertashop dan bisa ditemui di desa-desa yang aksesnya jauh dari SPBU besar. Dengan adanya SPBU kecil ini, masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan. Pertashop saat ini hanya menjual produk bensin berkadar ron 92 alias Pertamax.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri BUMN pada 20 Mei lalu juga pernah menggungah video di akun Instagramnya terkait Pertashop di Tegorejo. Dalam video tersebut Erick menyampaikan jika Pertashop ini membuat masyarakat mendapatkan penghematan BBM karena akses ke SPBU yang menjadi lebih dekat dan efisien.
Kemudian Pertashop ini juga membuka lapangan kerja baru untuk warga sekitar SPBU dan turut menggerakan perekonomian.
Belum lama ini Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian mengungkapkan saat ini banyak masyarakat desa yang sulit mencari SPBU. Jarak yang jauh ini juga membuat biaya lebih tinggi dan memakan waktu. Dengan dekatnya SPBU maka masyarakat desa bisa lebih efisien dan hal ini juga menjadi stimulus pembangunan di desa dengan pengembangan entrepeneur desa.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Nitinegoro mengungkapkan model bisnis SPBU mungil ini memang sangat bermanfaat untuk di daerah-daerah yang terpencil atau remote.
"Dulu di tempat saya, kalau mau isi bensin itu harus ke daerah lain dulu ke perbatasan Nganjuk, ya habis di jalan bensinnya," ujar dia kepada detikcom.
SPBU kecil ini juga bisa menggerakan ekonomi di sekitar karena aktivitas produksi dan distribusi masyarakat bisa jadi lebih cepat dan efisien. "Kendala pasokan energi itu bisa diminimalisir karena jadi lebih dekat, dulu di kampung saya kalau mau angkut hasil hutan harus ke kota lain dulu beli bensin, kalau sekarang bisa lebih cepat karena dekat, jadinya murah dan hemat waktu juga," imbuh dia.
Menurut Komaidi, sebaiknya SPBU kecil ini dibuat merata ke seluruh wilayah terpencil dan pinggiran di Indonesia. Jadi tidak perlu masuk ke kota-kota karena sudah ada SPBU besar yang melayani.
Misalnya Wawan Irawan (31) warga Kalisuren, dia mengaku dengan adanya Pertashop 3P.16301, Kalisuren Tajurhalang ini sangat terbantu. Karena akses ke SPBU besar cukup jauh dari tempat tinggalnya.
Sebelumnya jika kondisi darurat, dia akan membeli bensin campur. Tapi sekarang dia memilih untuk ke Pertashop yang kualitas bensin dan takarannya sudah dipastikan pas.
"Kalau darurat mau jalan kerja tapi indikator bensinnya sudah kedap-kedip kan bahaya, beli di sini lebih dekat karena searah sekalian lewat dan harganya juga sama aja dengan SPBU yang besar," kata dia saat berbincang dengan detikcom Sabtu (30/10/2021).
![]() |
Kondisi ini terkait dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan mobilitas masyarakat pada Agustus 2021 mulai pulih sejalan dengan PPKM yang mulai dilonggarkan.
Banyak warga yang mulai bekerja sampai berekreasi. Nah hal ini mendorong kebutuhan energi untuk kendaraan. Termasuk mobilitas warga di desa-desa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut jika naiknya mobilitas ini merupakan sinyal yang positif untuk pemulihan ekonomi dan mendorong aktivitas konsumsi.
Dikutip dari data BPS Kabupaten Bogor per 2020, untuk jumlah penduduk Kecamatan Tajurhalang sebesar 21.645 dengan kepadatan penduduk 2.736 jiwa per kilometer. Ini artinya jumlah kebutuhan energi dari bahan bakar cukup besar untuk mobilitas dan kebutuhan warga.
Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga (Subholding Commercial & Trading) Irto Ginting mengungkapkan dengan Pertashop ini masyarakat di seluruh Indonesia bisa menikmati bahan bakar dengan mudah.
"Dari Sumatera hingga Papua, progres pembangunan Pertashop berjalan cukup merata, meskipun dari segi jumlah tidak sama. Tapi saat ini jangkauan Pertashop sudah di seluruh Indonesia," ujar dia kepada detikcom.
Dari data terakhir, Irto berkat Pertashop saat ini sudah ada sekitar 4.400 Kecamatan atau sebanyak 62% dari total kecamatan di Indonesia dilayani lembaga penyalur resmi Pertamina.
Targetnya hingga 2024 diharapkan bisa dibangun 10 ribu Pertashop dalam kurun waktu 3 tahun. Irto mengungkapkan selain memenuhi kebutuhan energi masyarakat pedesaan. Pertashop juga turut menciptakan lapangan kerja bagi penduduk desa.
Dari total 2.900 gerai yang sudah beroperasi, Pertashop saat ini sudah membuka lapangan kerja untuk sekitar 6.000 orang yang tinggal di sekitar SPBU. Salah satunya Galang Ramadhan (20) yang menjadi petugas Pertashop 3P.16301 yang terletak di Jalan Raya Kalisuren, Tajurhalang. Setelah lulus SMA, dia langsung bekerja sebagai petugas di Pertashop ini.
![]() |
Sebelum melayani masyarakat, Galang mendapatkan pelatihan dari pihak Pertamina. Mulai dari pengisian ke tangki kendaraan sampai cara pembongkaran untuk pengisian dari mobil tangki ke dispenser.
Pola kerja di Pertashop ini, dibagi menjadi dua shift pagi dan siang. Tapi untuk hari libur biasanya shift akan penuh dari jam 6 pagi sampai jam setengah 9 malam. Fasilitas yang didapatkan oleh Galang saat bekerja di Pertashop ini adalah baju seragam, sepatu, tas, topi dan makan siang serta makan malam jika shiftnya penuh.
Ada kejadian-kejadian lucu yang dialami oleh Galang ketika menjadi petugas. Misalnya ada warga yang lupa membawa uang ketika membeli bensin. "Ada aja yang aneh-aneh, misalnya lupa bawa uang terus ninggalin KTP, SKCK sampai handphonenya buat jaminan. Tapi nggak lama mereka langsung ambil dan bayar lagi sih," ujarnya.
Dalam melayani pelanggan, Galang berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Mulai dari menyapa dengan ramah dan melayani dengan sepenuh hatinya.
Hal ini dia lakukan supaya pelanggan bisa betah dan mendapatkan pengalaman menyenangkan walaupun membeli bensin di SPBU kecil seperti Pertashop.
Dalam satu hari, dia bisa melayani hingga 1.000 liter per hari. Memang pada waktu-waktu tertentu penjualan bisa lebih tinggi seperti waktu gajian atau akhir pekan.
"Kalau akhir pekan orang biasanya lebih banyak yang pergi-pergi kan. Nah itu biasanya ramai banget," jelas dia.
Produk Dalam Negeri
Dalam praktik operasionalnya, PT Pertamina menggandeng sejumlah perusahaaan utnuk pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam pembangunan Pertashop yang mencapai 71%. Antara lain PT Pindad (Persero), PT Barata Indonesia (Persero) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Lalu ada 6 yang merupakan perusahaan swasta nasional yang berlokasi di Purwakarta, Bogor, Bekasi, Padang dan Balikpapan.
Perlengkapan yang dibuat adalah modular termasuk totem atau tiang informasi yang biasanya ada di depan SPBU. Totem Pertashop ini dibuat oleh 100% tenaga kerja Indonesia.
Pertamina berupaya untuk meningkatkan TKDN seiring dengan terus bertambahnya pabrikasi dalam negeri untuk proses pembangunan dalam rangka pengejar target operasional.
Dengan tingginya TKDN di Pertashop adalah komitmen untuk mendukung industri manufaktur dalam negeri dan membuka lapangan kerja serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Irto mengungkapkan Pertashop ini juga mendorong pengembangan industri dalam negeri. Jadi komponen Pertashop dominan diproduksi di dalam negeri.
Memang, Pertamina menggandeng PT Pindad (Persero) untuk penyediaan SPBU mobile Pertashop ini. Dikutip dari laman resmi pindad.com tangki Pertashop bervolume maksimal 3000 liter dengan ukuran shelter 2,4 x 2,4 meter x 2,8 meter.
Pertashop ini memiliki pompa dispenser bertenaga 750 watt dengan debit 50 liter/detik. Selain itu juga dilengkapi dengan peralatan keamanan untuk mencegah kebakaran pada tangki.
Untuk menjadi mitra Pertashop ini masyarakat bisa mengunjungi laman kemtraan.pertamina.com. Syaratnya adalah WNI memiliki izin usaha seperti UD, Koperasi, CV, PT atau badan usaha lainnya.
Kemudian melengkapi administrasi yang berlaku seperti KTP, NPWP dan akta pendirian perusahaan. Selanjutnya memiliki atau menguasai lahan yang akan digunakan Pertashop.
Ada beberapa paket kemitraan mulai dari Gold membutuhkan modal Rp 250 juta untuk biaya Pertashop dan pengiriman. Lalu Platinum modal yang diperlukan Rp 400 juta termasuk biaya Pertashop dan instalasi.
Lalu Diamond yang membutuhkan modal Rp 500 juta termasuk biaya Pertashop dan biaya instalasi.
Lihat juga Video: Kenapa Isi Bensin Harus Matikan Mesin?