Pemerintah mengungkapkan saat ini Indonesia sedang memerangi perubahan iklim. Hal ini karena Indonesia juga masuk dalam negara yang mengalami pemanasan global akibat perubahan iklim.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan pemanasan global ini akan berdampak pada masyarakat mulai dari petani sampai nelayan.
"Perubahan iklim ini bisa membuat prediksi panen tidak bisa dilakukan. Karena itu Indonesia berkepentingan untuk berpartisipasi dalam climate change agenda," ujar dia dalam acara Seminar Issues in G20: Exit Strategy & Scarring Effect, Kamis (17/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Febrio menyampaikan dalam Paris Agreement Indonesia berkomitmen untuk menekan emisi hingga 29% pada 2030. "Ini bisa tercapai, Indonesia dan banyak negara lain lebih ambisius untuk mengendalikan perubahan iklim. Indonesia juga masuk ke dalam target net zero," jelas dia.
Dia menyampaikan memang saat ini juga masih dilakukan transisi energi. Apalagi saat ini energi di Indonesia masih 65% batu bara. "Jelas ini polusi, dan kita adalah produsen batu bara terbesar di dunia dan menjadi eksportir. Tapi kita berupaya untuk mengurangi PLTU Batu bara dan dilakukan transisi artinya tidak terjadi dalam satu tahun," imbuh dia.
Hal ini membutuhkan sinergi dari berbagai pihak. Salah satunya Schneider Electric yang menjadi pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi, mengungkapkan peningkatan elektrifikasi perlu dibarengi dengan percepatan transisi energi bersih dari sumber energi terbarukan dan digitalisasi pengelolaan energi yang lebih cerdas.
Sektor industri sebagai tiga besar penyumbang gas rumah kaca (GRK) dapat menjadi motor penggerak bagi sektor lainnya untuk segera mengambil langkah proaktif menuju pembangunan ekonomi hijau dengan net-zero emission.
Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Martin Setiawan mengatakan, dalam menjalankan komitmen sustainability, penting untuk memastikan sustainability framework dibuat secara strategis dan terukur.
"Perusahaan semakin dituntut untuk lebih transparan terhadap dampak bisnisnya terhadap lingkungan sehingga akurasi data menjadi ujung tombak dalam mengukur keberhasilan dari upaya sustainability, dan teknologi digital memungkinkan hal tersebut," jelas dia.
Berlanjut ke halaman berikutnya.