Yang jelas, Rusia sudah memiliki dua kemungkinan pembeli untuk minyak mentahnya, yaitu China dan India. Negara-negara ini telah membeli minyak Rusia saat ini dan pengamat-pengamat menyebut tampaknya transaksi minyak ini akan terus berlanjut.
India dilaporkan membeli 11 juta barel minyak mentah pada Maret dan angka itu melonjak menjadi 27 juta pada April dan 21 juta pada Mei. Statistik itu dibuat oleh perusahaan data komoditas Kpler. Hal ini sangat kontras dengan impor minyak yang cuma mencapai 12 juta barel selama tahun 2021.
China pun sudah menjadi pembeli tunggal terbesar minyak Rusia, bahkan dilaporkan juga pembelian minyak oleh China juga melonjak. Dari Maret hingga Mei, China membeli 14,5 juta barel. Angka itu merupakan peningkatan tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia juga dapat memangkas produksi dan ekspor minyak mentah untuk meredam pukulan terhadap keuangannya. Pada hari Minggu, wakil presiden perusahaan minyak Rusia Lukoil, Leonid Fedun, mengatakan negara itu harus memangkas produksi minyak hingga 30% untuk mendorong harga lebih tinggi dan menghindari penjualan minyak dengan harga diskon.
Mengingat persediaan sangat rendah dan kelangkaan kapasitas penyulingan, pengurangan ekspor Rusia dapat memiliki dampak ekonomi yang sangat merusak musim panas ini.
Tetapi jika produksi Rusia turun, pemain lain mungkin turun tangan untuk membantu menjinakkan harga. Arab Saudi siap untuk meningkatkan produksi minyak mentah jika produksi Rusia turun secara signifikan menyusul sanksi Uni Eropa. Aliansi OPEC+, yang menjadi bagian dari Rusia, akan mengadakan pertemuan bulanan pada Kamis nanti.
(hal/hns)