AS Beberkan Rencana 'Ganggu' Minyak Rusia, Begini Sikap RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 19 Jul 2022 20:12 WIB
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menkeu AS Janet Yellen bertemu di G20/Dok G20
Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani merespons pernyataan Menkeu Amerika Serikat Janet Yellen untuk menerapkan price cap alias pembatasan harga minyak Rusia. Sri Mulyani mengaku memang sempat mendapat penjelasan langsung dari Janet Yellen soal rencana ini.

Hal itu disampaikan Janet Yellen dalam pertemuannya dengan Sri Mulyani di sela konferensi Menteri Keuangan G20 di Bali.

Namun, Sri Mulyani tak menjelaskan apakah Indonesia akan mengikuti ajakan Janet Yellen. Menurutnya, sejauh ini Indonesia hanya baru mendengarkan apa yang sedang direncanakan Janet Yellen.

"Kita mendapatkan penjelasan dari Secretary Yellen mengenai keinginan dari AS untuk menerapkan price cap (untuk minyak Rusia). Kita Indonesia mendengarkan apa yang disampaikan," kata Sri Mulyani di Kantor DJP, bilangan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (19/7/2022).

Dia mengatakan Indonesia tak mau terburu-buru mengambil kebijakan soal energi. Kebijakan ini implikasinya bisa sangat berpengaruh ke negara penghasil minyak bumi itu dan juga sisi pembelinya.

"Kita melihat dan mengkaji bagaimana implikasinya dan terutama ini akan sangat berpengaruh pada negara yang menghasilkan energi minyak dan dari sisi pembelinya," ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, persoalan harga energi ini akan sangat memberatkan banyak sekali negara-negara di dunia. Pemerintah akan memilih berbagai upaya untuk bisa mende-eskalasi ketegangan yang hadir. "Harga energi perlu kita selesaikan dan ingin segera diturunkan tensinya," katanya.

Ajakan price cap minyak Rusia diketahui dari siaran pers Kemenkeu AS soal pertemuan antara Sri Mulyani dan Janet Yellen. Dalam siaran pers itu disebutkan, Janet Yellen menyampaikan pentingnya ide pembatasan harga minyak Rusia untuk menekan pendapatan militer Rusia.

"Menkeu (Janet Yellen) menekankan pentingnya pembatasan harga minyak Rusia untuk membatasi pendapatan militer Rusia sekaligus meredam dampak perang terhadap harga gas dan energi di Amerika, Indonesia, dan global," bunyi kutipan siaran pers yang dilansir dari laman treasury.gov.




(hal/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork