Sebagai contoh, pembangkit tenaga surya misalnya. Tanpa baterai, harga listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) telah turun drastis sejak tahun 2015. Di tahun 2015 harga listrik PLTS sebesar US$ 25 sen per kwh, kini turun sampai ke US$ 3,8 sen per kwh.
"Memang di masa lalu harga EBT sangat mahal, kita cek kontrak PLN di tahun 2015, harga tenaga surya masih sekitar US$ 25 sen per kwh di 2015. 2017 turun US$ 10 sen per kwh, tahun 2020 akhir sudah dekati US$ 3,8 sen," ungkap Darmawan dalam konferensi pers ETWG G20, Kamis (24/3/2022) yang lalu.
Bila dilihat dari PLTS dengan penggunaan baterai di tahun 2015 harganya mencapai US$ 50 sen per kwh. Namun kini sudah turun mendekati US$ 12-13 sen per kwh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darmawan juga sempat membandingkan harga listrik PLTS dengan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). PLTD menggunakan mesin diesel yang tenaganya menggunakan bahan bakar minyak.
Di PLTD harga listrik sebesar US$ 28 sen per kwh, itu pun dengan asumsi minyak US$ 63 per barel. Bila mau disesuaikan dengan harga minyak dunia yang sudah menyentuh US$ 100 per barel lebih maka jelas akan lebih mahal.
Nah sementara itu, harga PLTS dengan baterai bila dihitung totalnya mencapai US$ 17-18 sen. Itu sudah ditotal dari harga listrik yang disimpan di baterai sebesar US$ 12 sen per kwh plus generator sebesar US$ 5-6 sen per kwh.
Simak Video "TSM Cibubur Gunakan PLTS Atap, Dukung Energi Terbarukan"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/das)