Inflasi Eropa Tembus 9% Gara-gara Rusia Setop Pasokan Gas

Inflasi Eropa Tembus 9% Gara-gara Rusia Setop Pasokan Gas

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 01 Sep 2022 15:24 WIB
Ketegangan Rusia dan negara-negara Eropa imbas perang di Ukraina berbuntut panjang. Rusia balas sanksi ekonomi dengan setop pasokan gas ke sejumlah negara Eropa
Ilustrasi/Foto: AP Photo/Czarek Sokolowski
Jakarta -

Raksasa energi Rusia, Gazprom kembali memutus pengiriman gas alam ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 pada Rabu kemarin. Kejadian ini membuat Prancis semakin terperosok ke dalam krisis, hingga rekor inflasi di Eropa capai 9% atau yang tertinggi sejak 1997.

Menurut perkiraan awal yang dirilis oleh kantor statistik Uni Eropa (UE), inflasi pada Agustus mencapai 9,1% di 19 negara dan merupakan yang tertinggi sejak 1997. Harga komoditas energi merupakan penyebab tunggal dari inflasi terbesar ini dengan lonjakan hingga 38% dari awal tahun hingga Agustus.

Nord Stream 1 merupakan jaringan utama yang membawa pasokan gas Rusia Eropa. Pipa tersebut menyumbang sekitar 35% dari total impor gas Eropa tahun lalu dan mengalir langsung ke Jerman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam beberapa bulan terakhir, Gazprom telah memangkas aliran melalui Nord Stream 1 menjadi hanya 20% dari total kapasitas. Pihaknya menyebut masalah pemeliharaan pipa dan sanksi Barat sebagai alasan mengurangi pasokan gas.

Rusia juga telah memangkas pasokan ke beberapa negara Eropa yang tidak bersahabat karena menolak membayar gas dalam rubel. Para pemimpin Eropa mengatakan, hal ini dilakukan atas dasar Rusia berusaha memeras negara-negara yang mendukung Ukraina.

ADVERTISEMENT

Engie merupakan korban terbaru Gazprom. Gazprom menyampaikan pada Selasa kemarin, akan sepenuhnya menangguhkan pengiriman ke Engie mulai Kamis.

Pihaknya mengklaim bahwa mereka belum menerima pembayaran penuh dari perusahaan tersebut untuk gas yang dipasok pada Juli. Di sisi lain, pihak Engie mengatakan penyetopan pasokan gas terjadi karena ketidaksepakatan antara para pihak menyangkut penerapan kontrak.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Tonton juga Video: Mendagri Minta Pemda Ikut Atasi Inflasi, Transfer ke Daerah Bisa Saja Dikurangi

[Gambas:Video 20detik]



Disetopnya pasokan gas ke Prancis memberi pukulan tambahan bagi Eropa. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari, penurunan tajam ekspor energi Rusia ke Uni Eropa menyebabkan biaya gas dan listrik melonjak, memicu kekhawatiran bahwa negara itu akan menghadapi kekurangan selama musim dingin, dan kenaikan harga.

Kondisi ini juga membuat harga gas patokan Eropa naik hampir 6% mencapai € 284 per megawatt jam pada awal perdagangan Rabu, meski sempat turun sedikit. Angka ini bisa melonjak lebih tinggi lagi jika Nord Stream 1 tetap berhenti beroperasi setelah hari Sabtu pekan ini, atau jika aliran gas terus berkurang.

Hal ini juga dilandasi dengan kebutuhan musim dingin negara-negara di Eropa yang perlu lebih banyak gas. Meski demikian, negara-negara di Uni Eropa sudah mencapai target pengisian fasilitas penyimpanan gas setidaknya 80% dari kapasitas mereka sebelum November.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan negaranya jauh lebih siap dalam mengamankan pasokan gas untuk musim dingin daripada yang diperkirakan beberapa bulan lalu. "Kami dapat menangani dengan cukup baik ancaman yang datang dari Rusia," katanya dikutip dari CNN, Kamis (1/9/2022).

Di sisi lain, penyimpanan tersebut mungkin masih belum cukup untuk menangkal krisis energi besar-besaran jika Rusia memutuskan untuk secara tiba-tiba menghentikan semua pengiriman ke Eropa.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional, Fatih Birol juga sempat memperingatkan beberapa bulan ke depan akan terjadi masa kritis.

"Jika Rusia memutuskan untuk benar-benar memotong pasokan gas sebelum Eropa bisa mendapatkan tingkat penyimpanan hingga 90%, situasinya akan lebih parah dan menantang," katanya dalam sebuah pernyataan.


Hide Ads