Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengatakan langkah PLN dalam mendukung transisi energi perlu diapresiasi dan didukung. Sebab hal ini merupakan langkah inisiatif dan konkret terealisasi.
Menurut Energy Finance Analyst IEEFA Elrika Hamdi dahulu 80% pembiayaan pembangkit yang masuk ke Indonesia digunakan untuk pembangkit batu bara. Sementara, seiring dengan perubahan global saat ini, banyak negara seperti Jepang, China dan Korea lebih banyak mengalokasikan pembiayaan untuk energi bersih.
"Maka ini seiring dengan rencana PLN dalam meningkatkan porsi energi bersih di sektor pembangkitan. Hal ini perlu didukung sebagai langkah bersama revolusi energi global," ujar Elrika dalam keterangan tertulis, Jumat (4/11/2022).
Lebih lanjut, ia menilai untuk mempercepat agenda transisi energi ini diperlukan beberapa langkah kunci. Pertama, perlu adanya kerangka kebijakan yang dirancang dengan baik dan penuh insentif untuk memudahkan investor masuk ke Indonesia.
Kedua, memaksimalkan potensi sumber daya alam yang saat ini dimiliki Indonesia sebagai basis energi. Hal ini sudah dilakukan PLN dengan memetakan potensi sumber daya alam dalam mendukung ketahanan energi dan juga energi yang efisien.
"Ketiga, aksi pemerintah Indonesia dalam meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM) adalah langkah progresif yang perlu didukung untuk bisa memudahkan skema investasi yang menguntungkan dan memudahkan," ujar Elrika.
Keempat, menyelaraskan dan membangun kepercayaan investor dan juga lenders dalam memberikan pembiayaan hijau yang murah dan berbunga rendah.
"Tentu saja hal ini perlu didukung dengan transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pembiayaan," imbuhnya.
Ia menilai langkah yang dilakukan PLN dalam mengemas rencana proyek mampu meningkatkan kepercayaan investor dalam berinvestasi di sektor pembangkit EBT. PLN juga perlu menciptakan teknologi agar pembangunan tetap mengutamakan efisiensi dan juga keandalan pasokan listrik.
(akn/hns)