Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupaya mendorong hilirisasi dan menyetop ekspor bahan mentah. Setelah mengumumkan akan menyetop ekspor bauksit pada Juni 2023, Jokowi menyebut juga akan menyetop ekspor tembaga di pertengahan tahun.
Besaran volume ekspor bijih tembaga dan konsentratnya sendiri tercatat naik turun sejak tahun 2015. Namun, jumlahnya melonjak signifikan di tahun 2022.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Jumat (13/1/2023), ekspor bijih tembaga dan konsentratnya di tahun 2015 tercatat 1,71 juta ton. Jumlah tersebut naik di tahun 2016 mencapai 1,91 juta ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, volume ekspor ini kemudian turun di 2017 yang tercatat 1,53 juta ton dan di 2018 sebesar 1,59 juta ton. Jumlah ekspor semakin kecil di 2019 yang tercatat sebesar 676,67 ribu ton.
Pada tahun 2020, ekspor bijih tembaga dan konsentratnya mulai naik menjadi 1,27 juta ton. Kemudian, naik lagi di tahun 2021 menjadi 2,23 juta ton.
Jumlah ekspor bijih tembaga dan konsentratnya melesat di tahun 2022. Dari periode Januari hingga November 2022, BPS mencatat ekspornya mencapai 2,80 juta ton.
Jokowi sebelumnya memastikan akan melarang ekspor tembaga. Larangan ekspor tembaga ini menyusul dua komoditas lain yakni nikel dan bauksit.
"Meski ditakuti masalah nikel kalah di WTO kita tetap terus, justru kita tambah setop bauksit. Kemudian tengah tahun kita tambah akan setop tembaga," sebut Jokowi dalam Peringatan HUT PDIP ke-50, Selasa (10/1).
(acd/das)