Polusi udara yang menyelimuti wilayah DKI Jakarta tidak hanya terjadi di tahun ini saja, berdasarkan data 2017-2023 wilayah Ibu Kota selalu diselimuti polusi dan puncaknya terjadi pada periode Juli-Agustus setiap tahunnya.
Dalam kajian yang dilakukan Peneliti sekaligus Guru Besar Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Puji Lestari menjelaskan, Sejak 2017-2023, puncak polusi udara di Jakarta ada di Juli-Agustus, dan kemudian konsentrasi polusi turun pada musim penghujan, dan kembali naik saat musim kemarau.
"Pola ini tetap terulang hingga di 2023," kata Puji dalam kajiannya berjudul Kajian Dampak Kegiatan PLTU Terhadap Potensi Polutan Lintas Batas Dengan Model Dispersi, dikutip Kamis (7/9/2023).
Jika dilihat puncak tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2019, yang merupakan tahun dengan kondisi serupa seperti tahun 2023. Pada tahun 2019, terjadi peristiwa El Nino yang menyebabkan musim kemarau yang panjang. El Nino ini menyebabkan akumulasi polusi di wilayah Jakarta karena kurangnya hujan selama musim kemarau yang panjang, serta kondisi cuaca seperti inversi termal dan kecepatan angin yang rendah.
Namun pada tahun 2020, konsentrasi polusi agak turun, dengan pola yang sama, tetapi intensitasnya lebih rendah. Ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang memengaruhi aktivitas manusia dan mengurangi polusi udara. Pada tahun 2021 dan 2023, konsentrasi polusi kembali naik, yang juga dipicu oleh musim kemarau yang panjang. Pola ini tetap konsisten.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak hanya faktor internal, tetapi juga faktor eksternal seperti El Nino dan perubahan dalam aktivitas manusia, seperti pandemi COVID-19, memengaruhi polusi udara yang terjadi setiap tahun pada bulan Juli dan Agustus. Hal ini tidak hanya terjadi saat ini atau dalam satu bulan terakhir, tetapi sudah terjadi sejak tahun 2017.
Sumber Polusi Udara di Jakarta
Emisi PM 2,5 terdiri dari:
46% kendaraan
43% industri
9% pembangkit listrik
2% residential
Emisi NOx terdiri dari:
57% kendaraan
24% pembangkit listrik
15% industri
4% residential
Emisi SOx terdiri dari:
67% industri
24% pembangkit listrik
6% residential
3% kendaraan
Simak Video: Tak Ada Jakarta di Daftar 10 Kota Paling Berpolusi di RI Versi IQAir
(rrd/rir)