Dewan Energi Nasional (DEN) menilai harga gas di Indonesia masih berada pada level kompetitif. Dalam hal ini, gas yang dimaksud ialah harga gas bumi (non Harga Gas Bumi Tertentu/HGBT) dan harga gas yang ditentukan oleh mekanisme B to B (Business to Business).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DEN, Djoko Siswanto, mengatakan keberlangsungan industri hilir sebagai pengguna migas, sektor industri midstream migas, serta industri produsen migas sama-sama penting dan harus berkontribusi positif kepada negara. Menurutnya, ketiga sektor tersebut semestinya saling mendukung dan tidak ada yang dirugikan mengingat adanya ketergantungan yang tinggi satu sama lain.
"Penyediaan energi penting untuk dijaga keberlangsungan dan keberlanjutannya mulai dari hulu hingga hilir, sehingga diperlukan pemahaman yang sama baik oleh konsumen, produsen, maupun perusahaan jasa di bagian midstream," kata Djoko, Sabtu (9/9/2023).
Djoko menyakini, saling bahu-membahu satu sama lain dapat memberikan manfaat optimum bagi negara, baik pada sisi keuangan ataupun multiplier effect lainnya. Maka semua pihak akan mendapat benefit. Atas hal ini, ia menilai sektor industri hilir perlu didukung sehingga mampu meningkatkan daya saing dan harga gas bumi. Menurutnya, sangat signifikan pengaruhnya.
Selain itu, lanjut Djoko, faktor lain yang perlu diupayakan agar industri dapat menjaga daya saing di kancah global diantaranya adalah ketersediaan bahan baku yang kompetitif, produktifitas SDM, pemanfaatan teknologi, inovasi, layanan konsumen, serta efisiensi energi itu sendiri, baik sebagai bahan baku maupun bahan bakar.
Pada saat yang sama, ia juga menilai, keberlangsungan bisnis migas juga perlu dijaga. Djoko mengatakan, kelayakan ekonomi di sektor hulu, midstream, dan hilir perlu dipenuhi.
"Di sektor hulu, perlu menjaga keberlanjutan suplai gas yang mana jika keekonomian lapangan tidak terpenuhi maka investasi di hulu tidak akan berlanjut," imbuhnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
(shc/ara)