Masa depan industri hulu migas Indonesia diyakini cerah. Optimisme tinggi ini berhasil dijaga jika melihat indikator yang jelas terlihat dari realisasi investasi dalam beberapa tahun terakhir, penyelesaian proyek-proyek besar serta rencana pengembangan industri hulu migas yang rendah emisi melalui penerapan teknologi.
Dalam pidato pembukaan 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) 2023 di Bali beberapa waktu lalu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan untuk mencapai target produksi migas 2030, diperlukan investasi lebih dari US$ 20 miliar per tahun.
SKK Migas menargetkan realisasi investasi menyentuh angka US$ 15,5 miliar hingga akhir tahun 2023 atau lebih tinggi atau lebih tinggi 28% dibanding realisasi investasi tahun 2022 yang mencapai US$ 12,1 miliar. Jika berhasil diwujudkan, maka investasi di tahun ini akan menjadi capaian tertinggi selama lima tahun terakhir.
Hal itu untuk mendukung berbagai kegiatan misalnya untuk pemboran sumur pengembangan yang ditargetkan rata-rata per tahun mencapai 1.115 sumur dibor. Secara kumulatif hingga tahun 2030 dibutuhkan 8.923 sumur pemboran dibor.
Tingginya target pemboran ini tentu membutuhkan dukungan dari industri penunjang migas. Ini juga bisa menjadi peluang para pelaku usaha lokal untuk ikut serta dalam berbagai proyek hulu migas. Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengungkapkan hingga kini strategi Long Term Program (LTP) yang diusung SKK Migas masih berjalan sesuai dengan rencana. Jika terus dipertahankan maka target-target bisa tercapai.
Hingga semester I tahun ini investasi hulu migas tercatat sebesar US$ 5,7 miliar selama enam bulan. Capaian ini meningkat 21% jika dibandingkan dengan investasi pada semester I tahun 2022 yang berada pada angka US$ 4,7 miliar.
Bahkan catatan pertumbuhan investasi ini terbilang signifikan jika dibandingkan dengan kenaikan investasi global yang hanya mencapai 5,4% dan ini merupakan tren positif untuk iklim investasi hulu migas di Indonesia.
Menurut Nanang, masa depan cerah industri hulu migas juga bisa terlihat dari banyaknya proyek yang saat ini tengah digarap dan akan mendapatkan hasilnya beberapa tahun yang akan datang. Untuk tahun ini hingga September ada lima proyek on-stream dari total 11 proyek yang digarap dengan total investasi sebesar US$ 709 juta.
Secara rinci, sebagian besar proyek tersebut adalah proyek gas yakni sebanyak enam proyek dengan total estimasi tambahan produksi mencapai 454 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Lalu ada lima proyek minyak dengan total kapasitas tambahan produksi mencapai 19,1 ribu barel per hari (BPH).
Selanjutnya ada enam proyek hulu migas strategis yang juga sedang digarap. Pertama adalah Mako dikerjakan oleh Conrad Asia, lalu ada Hidayah yang tengah digarap Petronas Carigali Madura II Ltd, proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Developer (IDD) yang sekarang sudah resmi akan dilanjutkan pengelolanya oleh ENI.
Proyek berikutnya adalah Abadi gas Masela. Kemudian ada Tangguh train 3 serta Proyek Asap Merah Kido, yang dikerjakan oleh Genting Oil. Keenam proyek ini bakal jadi andalan dalam mengkerek investasi maupun produksi migas di masa yang akan datang.
Tidak sampai disitu, dalam LTP juga ada proyeksi penambahan produksi dari kegiatan produksi lanjutan Enhanced Oil Recovery (EOR). Ada 12 proyek EOR yang sedang digarap dengan total estimasi tambahan cadangan sebesar 950 juta barel setara minyak dan estimasi biaya investasi mencapai US$ 4,61 miliar.
Dengan banyaknya pekerjaan menanti, menurut Nanang, industri migas Indonesia terus tumbuh dan akan dirasakan hasilnya dalam beberapa tahun akan datang.
"Ini menunjukkan industri hulu migas growing (tumbuh), banyak yang bilang hulu migas sudah sunset decline dan sebagainya, jangan lihat saat ini tapi demand ke depan seperti apa," kata Nanang.
Dia menyatakan dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka dipastikan kebutuhan energi juga akan besar.
"Pertumbuhan ekonomi bagus diatas 5% itu korelasinya kebutuhan energi migas, kita tahu juga ke lebih bersih, tapi butuh waktu dalam posisi transisi butuh migas, makanya saya bilang kita tetap eksplorasi, kita masih butuh, kalau tidak impor makin banyak," ungkap Nanang.
Para pelaku usaha juga diyakini makin betah berinvestasi di tanah air. Lokasi Indonesia sebagai negara maritim sangat strategis bagi perdagangan energi dunia, terutama gas alam cair (LNG).
Simak Video "Video Prabowo Ancam Copot Bawahan yang Bikin Rumit Aturan"
(prf/ega)