Menteri BUMN Erick Thohir menegakkan komitmen Indonesia untuk mengejar target net zero emission pada tahun 2060. Apalagi Indonesia memiliki potensi energi hijau mencapai 3.700 gigawatt dari panas bumi, air, angin, dan matahari.
Hanya saja Erick menyebut tidak mungkin melakukan percepatan net zero emission. Pasalnya investasi menuju itu butuh waktu 6 hingga 8 tahun.
"Kita tidak anti yang namanya net zero emission, kita ikuti. 2060 kita akan net zero emission. Kita punya potensi energi hijau 3.700 gigawatt, ada geothermal, air, angin, matahari. Tapi tidak mungkin kita melakukan percepatan karena investasinya itu perlu waktu 6,7,8 tahun," katanya dalam acara Memilih Masa Depan di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024).
Menurutnya Jika Indonesia langsung mematikan sumber energi yang ada, konsekuensinya bisa menghadapi greenflation. Salah satu imbasnya masyarakat dan industri harus membayar listrik lebih mahal.
"Kalau kita sekarang harus mematikan sumber energi yang ada, apa siap yang kemarin lagi tren, greenflation? Artinya ketika rakyat kita harus bayar listrik lebih mahal, industri kita harus bayar listrik lebih mahal. Salah? Tidak, tapi butuh transisi. Kita punya solusinya," bebernya.
Ia menambahkan penduduk Indonesia diprediksi akan menyentuh angka 315 juta. Artinya kebutuhan energi untuk masyarakat juga akan meningkat.
Sementara itu pemerintah sudah memberikan subsidi energi sebesar Rp 540 triliun di sektor energi. Jika tak ada solusinya maka besaran subsidi tersebut berpotensi membengkak.
Oleh karena itu perlu ada terobosan yang dilakukan, misalnya mengembangkan energi hijau. Apalagi saat ini Indonesia masih ketergantungan dengan impor bahan bakar.
"Kita sekarang sudah menjadi salah satu negara yang impor BBM. Krisis energi kalau kita tidak intervensi dengan kekayaan kita, mau dibawa ke mana. Itulah kenapa kita perlu terobosan, gula menjadi etanol, supaya mengurangi kebutuhan BBM kita," pungkasnya.
(ily/hns)