Harga minyak dunia diperkirakan akan tembus ke kisaran US$ 80. Kondisi ini menyusul kenaikan harga minyak lebih dari 2% di tengah aksi jual global karena kekhawatiran terhadap resesi di Amerika Serikat (AS)
Dikutip dari Reuters, Kamis (8/8/2024), proyeksi tersebut disampaikan oleh Citi Research mengacu pada sejumlah faktor, mulai dari ketegangan geopolitik hingga iklim global saat ini.
Harga minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,85, atau 2,42%, pada US$ 78,33 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 2,03, atau 2,77%, menjadi US$ 75,23.
Brent sebelumnya sempat merosot pada hari Senin ke level terendah sejak awal Januari dan WTI menyentuh level terendah sejak Februari. Hal ini disebabkan karena kemerosotan pasar saham global yang semakin dalam di tengah kekhawatiran tentang potensi resesi di AS setelah data pekerjaan yang lemah.
Baca juga: Jika AS Resesi, Apa Dampaknya ke RI? |
Atas kondisi ini, sejumlah komoditas, termasuk minyak, ikut dalam aksi jual global karena kekhawatiran akan resesi AS memicu kekhawatiran atas permintaan.
"Ada kemungkinan harga akan kembali melonjak ke kisaran US$ 80-an rendah hingga menengah untuk Brent, yang pada titik tersebut kami akan kembali merekomendasikan penjualan yang kuat," kata Citi.
"Harga minyak sebagian besar telah mengabaikan risiko (geopolitik) untuk saat ini, mungkin melihat jalur sempit dari konflik ke gangguan minyak fisik yang sebenarnya. Namun, salah perhitungan berpotensi menyebabkan eskalasi dan penularan yang tidak terduga di seluruh wilayah," sambungnya.
Kondisi global yang penuh dengan gonjang-ganjing terus memicu kekhawatiran pasokan. Hal ini mulai dari ketegangan di Timur Tengah hingga kondisi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah.
Timur Tengah sedang bersiap menghadapi kemungkinan gelombang serangan oleh Iran dan sekutunya, menyusul pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah minggu lalu. Muncul kekhawatiran konflik Gaza dapat berubah menjadi perang yang lebih luas.
National Oil Corp Libya juga telah mengumumkan force majeure pada hari Rabu kemarin untuk ladang minyak Sharara. Hal ini dilakukan sehari setelah pengumuman rencana pengurangan produksi dari ladang tersebut karena protes.
Selain itu, peristiwa Badai Tropis Debby juga telah membuat hujan lebat datang tak henti-hentinya ke AS Tenggara hingga wilayah Carolina, sehingga mengancam wilayah tersebut dengan banjir yang berbahaya.
(shc/rrd)