Nuklir bakal menjadi salah satu alternatif sumber energi baru terbarukan untuk menggenjot target penambahan listrik di Indonesia sebesar 100 GW. Rencana tambahan tenaga listrik ini telah digaungkan di ajang COP 29 Azerbaijan.
Menurut Kementerian ESDM, Indonesia masih butuh waktu yang panjang untuk merealisasi penyediaan listrik dengan tenaga nuklir. Langkah panjang harus dilakukan Indonesia saat ini, salah satunya adalah merampungkan pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) atau Organisasi Pelaksana Program Energi Nuklir.
"Komitmen untuk nuklir memang ada.Hanya step by step kita harus membuat NEPIO dulu. Selalu saya bilang, bahwa organisasi memang tidak wajib, tetapi di kita jadi semi-wajibkarena pembangunannya itu membutuhkan waktu yang lama," ungkap Dirjen EBTKE Eniya Listiani Dewi ditemui detikcom di Paviliun Indonesia pada COP 29, Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ingin agar NEPIO dapat dibentuk dengan sederhana, organisasi itu diketuai Presiden, kemudian mandat turun ke Menteri ESDM, lalu ke Ditjen EBTKE, baru lah diturunkan lagi ke beberapa kelompok kerja kecil. Sejauh ini target penyelesaian NEPIO belum berubah, penyelesaian dilakukan di akhir tahun 2024.
"Ini Pak Menteri sudah mengarahkan bahwa pembentukan NEPIO itu simple saja. Tetapi ini mungkin setelah COP kita baru bergerak.Karena informasi kan baru kita kolektif POKJA-nya seperti apa," sebut Eniya.
Setelah itu, pemerintah harus membahas soal perubahan Rancangan Umum Ketenagalistrikan Nasional yang harus dilakukan dengan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Kebijakan Energi Nasional (KEN). Rancangan PP-nya sudah disetujui oleh DPR.
"Habis ituRUPTL(Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) yang harusmenyesuaikanRUKN.Nah, ini masih padaparalel-paralelmembahasnya," beber Eniya.
Eniya melanjutkan setelah urusan dasar aturan selesai, Indonesia juga masih butuh waktu cukup lama untuk membangun infrastrukturnuklirnya. ApalagimengingatIndonesia memulai semuanya dari nol.
Untuk negara yang sudah cukup siap saja, butuh waktu sekitar 5 tahun untuk membangun satu saja pembangkit listrik nuklir. Mungkin Indonesia bisa dua kali lipat waktunya.
"Karena misalnya waktu untuk membangun nuklir itu kalau menurut berbagai negara kan panjang.Setidaknya lima tahun sebagian malah bisa 10 tahun. 5 tahun itu yang sudah siap, yang sudah ready, baru ceplok.Nah, kalau kita yang belum apa-apa, infrastrukturnya, tapaknya, terus acceptance-nya, lalu teknologi clearing-nya, pemilihan teknologinya, gitu ya mungkin lebih lama," papar Eniya.
Dalam COP 29, Indonesia telah mengumumkan akan menargetkan ada tambahan 100 gigawatt listrik dalam 15 tahun ke depan. Sekitar 75 gigawatt di antaranya bakal dipenuhi dari energi baru dan terbarukan.Salah satunya adalah mengebut penggunaan energi nuklir.
"Di samping itu ada 5,3 GW dari tenaga nuklir, meskipun tidak dianggap sustainable, tapi kan sudah jelas clean. So itu juga tenaga bersih. Disampingitu nanti juga ada dari tenaga gas," papar Ketua Delegasi Indonesia di COP 29 Hashim Djojohadikusumo usai memaparkan pidato National Message pada ajang COP 29, di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Selasa (12/11/2024) kemarin.
Lihat juga video: Detik-detik AS Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua Berkemampuan Nuklir