Harga minyak mentah global diperkirakan akan terus memanas hingga akhir tahun imbas konflik bersenjata yang melibatkan berbagai negara produsen minyak dunia seperti Rusia dan Iran. Sebab kondisi ini meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak global.
Melansir dari Reuters, Senin (25/11/2024), harga minyak global sempat naik hingga 6% sepanjang perdagangan pekan kemarin usai Rusia menembakkan rudal hipersonik ke Ukraina sebagai peringatan kepada Amerika Serikat dan Inggris. Ini merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak akhir September 2024 kemarin.
Beruntung pada perdagangan awal pekan ini terlihat harga minyak mentah sedikit landai, mengingat para investor masih menunggu reaksi Amerika atas serangan Rusia tersebut.
Tercatat pada pukul 04.40 GMT (11.40 WIB) harga minyak mentah Brent berjangka turun 26 sen atau 0,35%, menjadi US$ 74,91 per barel. Begitu juga untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS yang turun 27 sen atau 0,38%, berada di level US$ 70,97 per barel.
"Harga minyak mentah awal minggu ini mengalami sedikit penurunan karena pelaku pasar menunggu lebih banyak isyarat dari perkembangan geopolitik dan prospek kebijakan Fed untuk menentukan arah," kata ahli strategi pasar di IG, Yeap Jun Rong.
"Namun ketegangan antara Ukraina dan Rusia yang meningkat akhir-akhir ini, membuat beberapa pihak memperkirakan risiko eskalasi lebih luas yang berpotensi memengaruhi pasokan minyak," terangnya lagi.
Yeap memperkirakan ketegangan tersebut kemungkinan akan berlanjut hingga akhir tahun. Sehingga harga minyak mentah Brent diperkirakan akan tetap berada di kisaran US$ 70-80 per barel.
Di luar itu, banyak investor juga fokus pada meningkatnya permintaan minyak mentah di China dan India. Di mana masing-masing negara merupakan importir minyak terbesar pertama dan ketiga di dunia.
Simak Video "Video: Kerugian Negara di Kasus Korupsi Minyak Mentah Capai Rp 285 T"
(fdl/fdl)