Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan dukungannya dalam pengurangan emisi karbon. Salah satu strateginya yaitu teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS).
Menurut Sekretaris SKK Migas Luky Yusgiantoro, meski terlambat, langkah ini merupakan bagian dari komitmen SKK Migas untuk mendukung inisiatif rendah karbon (low carbon initiative) di sektor hulu migas.
"Memang agak terlambat, karena perusahaan-perusahaan dan pemerintah di negara lain sudah lebih dulu membentuk tim carbon management, bahkan ada yang sudah membentuk tim khusus untuk CCS/CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage). Namun, kami di SKK Migas, membentuk tim ini untuk mendukung inisiatif rendah karbon yang kami jalankan," jelas Luky, dalam katanya dalam detikcom Energi Forum: Kesiapan Indonesia Menuju Swasembada Energi yang dipersembahkan detikcom bersama Komisi XII DPR, dan didukung SKK Migas, PT Pertamina Hulu Energi, dan ANTAM di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (11/3/2025).
Luky menambahkan SKK Migas telah mencanangkan enam inisiatif rendah karbon, yang salah satunya adalah pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), khususnya energi surya. Ia menceritakan pada tahun 2014, saat melakukan kunjungan ke salah satu fasilitas Pertamina di hulu migas, sudah ada penggunaan solar PV (panel surya) yang dilengkapi dengan baterai, meski pada saat itu biayanya masih cukup tinggi.
"Ketika saya menuju fasilitas hulu migas di tahun 2014, kita itu sebetulnya di salah satu fasilitas Pertamina. Saat itu sudah memiliki solar PV dan termasuk baterainya," kata Luky.
"Jadi pada saat itu (solar PV) masih mahal. Tapi pada saat itu, kita sudah menggunakan solar PV di hulu migas. Dan juga platform-platform offshore saat ini banyak juga kita dorong untuk menggunakan solar PV karena lebih efisien," sambungnya.
Selain itu, Luky menekankan bahwa teknologi CCS memiliki peran yang sangat strategis dalam menyimpan CO2 di dalam reservoir gas yang sudah tidak aktif lagi. Menurutnya, hal ini menjadi bagian dari langkah SKK Migas untuk tidak hanya memproduksi energi fosil, tetapi juga mengurangi jejak karbon yang dihasilkan.
"Ini sangat penting, apalagi ketika kami berkomunikasi dengan calon investor dan institusi finansial. Mereka akan semakin semangat untuk mendanai proyek-proyek hulu migas, karena selain produksi energi fosil, kami juga berkomitmen untuk menekan emisi karbon," kata Luky.
Luky juga menjelaskan proyek-proyek CCS/CCUS dan inisiatif rendah karbon lainnya tidak hanya berdampak positif bagi Indonesia, tetapi juga untuk dunia. Oleh karena itu, regulasi terkait teknologi CCS/CCUS akan terus diperkuat untuk memastikan keberlanjutan inisiatif ini.
"Jadi ketika kami bicara dengan calon-calon investor, itu ketika kita menyampaikan dan menampilkan program-program CCS-CCUS regulasi terkait dengan CCS-CCUS, program-program low carbon inisiatif, itu mereka semangat," pungkasnya.
(anl/ega)