Cryptocurrency Solana disebut dapat menyalip popularitas dari ethereum dan dapat berkembang menjadi 'visa' di ekosistem aset digital. Artinya, seperti ethereum, mata uang kripto yang satu ini mungkin dapat digunakan untuk berbagai transaksi digital secara global.
Melansir dari coindesk, Kamis (13/1/2022), seorang analis Bank of America, Alkesh Shah, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa mata uang kripto solana ini dapat mengambil pangsa pasar dari ethereum berkat desainnya yang berbeda karena cryptocurrency tersebut berfokus pada skalabilitas, biaya transaksi rendah, dan kemudahan penggunaan.
"Solana memprioritaskan skalabilitas, tetapi blockchain yang relatif kurang terdesentralisasi dan aman memiliki trade-off, diilustrasikan oleh beberapa masalah kinerja jaringan sejak awal," kata Shah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan di sisi lain, dikatakan bahwa cryptocurrency ethereum (yang saat ini biasa digunakan untuk transaksi digital global seperti pembelian NFT, pelelangan online, dsb.) hanya memprioritaskan desentralisasi dan keamanan namun mengorbankan skalabilitas, sehingga biaya transaksinya cenderung lebih mahal.
"Ethereum memprioritaskan desentralisasi dan keamanan, tetapi dengan mengorbankan skalabilitas, yang telah menyebabkan periode kemacetan jaringan dan biaya transaksi yang terkadang lebih besar daripada nilai transaksi yang dikirim."
Oleh karenanya, Bank of America berpendapat bahwa Solana dan blockchain lainnya dapat merebut pangsa pasar dari Ethereum dari waktu ke waktu, dan akan mulai membedakan diri mereka melalui adopsi pengguna dan minat pengembang.
Sebagai informasi, Solana telah mengalami adopsi yang kuat dan tumbuh dengan pesat sejak diluncurkan pada tahun 2020. Hal ini sendiri berhasil menjadi cryptocurrency terbesar kelima, dengan kapitalisasi pasar US$ 47 miliar atau setara dengan Rp 672,1 triliun (bila dihitung dengan kurs).
Baca juga: Harga Bitcoin Lagi Rontok, Tahan atau Jual? |
(zlf/zlf)