Jakarta -
NFT Pertama Indonesia, Etherwaifu membukukan total penjualan Rp 33 miliar, setelah 1.025 lukisan digitalnya terjual habis. Hal ini diungkap oleh kreatornya yang berasal dari Bandung, Agro selaku fotografer, software engineer dan Jubi selaku ilustrator.
Etheriwaifu sempat dikembangkan di Jepang, sebelum akhirnya dirilis pada 24 Maret 2018.
"Kami rilis di bulan Maret 2018, dan kita juga sempat diberitakan di beberapa media berbahasa Indonesia, salah satunya Japanese Station. Saat itu kami rilis 1.025 NFT dengan harga per itemnya sebesar Rp 50 ribu," ujar Agro dalam keterangannya, Minggu (15/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agro menuturkan, butuh waktu 3 tahun bagi Etherwaifu untuk mencapai sukses seperti sekarang. Hal itu lantaran di kala perilisannya, market kripto sedang down.
Alhasil, meski dibanderol Rp 50 ribu, Etherwaifu hanya terjual sekitar 55 unit saja. Project ini juga bisa dibilang mengalami failure financial karena tidak adanya produk yang terjual di 2019 dan 2020.
"Kita terus berusaha membangun dan mengembangkan softwarenya, tapi setelah 55 unit itu, belum ada pembeli lagi. Di tahun 2019 salesnya nol, tak ada yang membeli sama sekali. Tahun 2020 juga juga sama. 2 tahun berturut-turut tidak ada aktivitas ekonomi sama sekali," katanya.
Beruntung, NFT lantas booming di 2021. Etherwaifu pun mulai banyak menarik perhatian, setelah seorang arkeolog NFT, Adam McBride menulis artikel tentangnya.
Adam sendiri merupakan salah satu anggota dari komunitas Historical NFT Collector. Salah satu kegiatan dari komunitas tersebut adalah mencari NFT-NFT bersejarah di blockchain yang rilis sekitar tahun 2017 dan 2018.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Dari kegiatan inilah, Adam kemudian menemukan Etherwaifu yang programnya masih hidup di blockchain. Ia dibuat kagum dengan teknologinya yang jauh lebih maju ketimbang NFT-NFT rilisan 2018 lainnya.
"Kebanyakan NFT zaman dulu simpel-simpel, seperti pixel art, sementara kami lebih ke arah seperti lukisan. Apalagi, Etherwaifu memiliki fitur bernama crafting, yang mana jika seseorang memiliki dua Etherwaifu, ia bisa crafting untuk membuat satu Etherwaifu (anaknya). Nanti, gambar yang dihasilkan akan mengambil sifat-sifat orang tuanya. Jadi dari sisi crafting, itu secara teknologi sudah maju banget di 2018, ada sisi gamingnya juga soalnya," terangnya.
Tak lama setelah artikel itu beredar, semua produk Etherwaifu dengan cepat terjual ludes, dan mencetak total penghasilan yang fantastis.
"Karena cuma ada 1.025 NFT, orang-orang di 2021 langsung pada menyerbu. Akhirnya kami sold out di tahun 2021. Dan hasil total salesnya, including secondary sales di opensea, mencapai US$ 2,3 juta atau sekitar Rp 33 miliar," jelasnya.
Kini, harga NFT Historical pertama di Indonesia ini melonjak drastis. "Dulu kan harganya Rp 50 ribu, sekarang kalau mencari Etherwaifu di marketplace, harganya bisa Rp 15 jutaan, itu yang paling murah," tutup Agro.
Setelah sukses mencetak total sales Rp 33 miliar, Etherwaifu bakal merilis 1.000 series terbaru, yang akan diberi nama Etherwaifu Chibi. Menurut Agro dan Jubi, jadwal perilisannya sudah dekat, dan akan segera diumumkan melalui akun Twitter @etherwaifu.
Tak hanya itu, Agro dan Jubi juga menyebut jika keseribu series terbarunya nanti akan memiliki sejumlah keunggulan, salah satunya akses ke berbagai konten eksklusif dari Etherwaifu.
"Dengan memiliki NFT Etherwaifu, nantinya NFT itu akan menjadi tiket untuk mengakses berbagai konten, produk atau aplikasi yang akan kami rilis ke depannya. Misalnya game Etherwaifu atau dunia metaverse Etherwaifu," ujar Agro.
Dengan kesuksesan yang didapatnya, Agro dan Jubi tak lupa untuk berbagi. Mereka berkomitmen membantu para kreator NFT yang masih berjuang baik dari ranah lokal maupun internasional.
Keduanya bahkan siap membeli NFT-NFT karya kreator baru, dengan dana yang mereka miliki. "Ini sudah mulai berjalan, dan kami berencana mengembangkan aktivitas ini, untuk mencakup lebih banyak kreator lainnya," katanya.