Jakarta - Cuaca ekstrem berdampak pada para petani kopi dan garam di berbagai wilayah Indonesia. Mengaku mengalami penurunan produksi akibat anomali cuaca.
Foto Bisnis
Dampak Cuaca Tak Menentu, Panen Kopi-Produksi Garam Menurun

Petani memanen kopi arabika di perladangan kawasan lereng Gunung Sindoro Desa Kwadungan, Kledung, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (27/5/2022). Hujan masih kerap terjadi hingga akhir bulan Mei. Kemarau basah membuat musim panen ikut terdampak. (Anis Efizudin/Antara Foto).
Petani mengaku hasil penen kopi Arabika tahun ini menurun sekitar 50 persen dibanding tahun sebelumnya akibat cuaca yang kurang mendukung. Saat ini harga jual biji kopi mentah Rp 12 ribu per kilogram. (Anis Efizudin/Antara Foto).
Tak hanya petani kopi, sejumlah petani garam di Palu, Sulawesi Tengah, juga mengaku mengalami penurunan produksi garam selama tahun ini. (Basri Marzuki/Antara Foto).
Sejumlah petani garam di wilayah itu mengaku mengalami penurunan produksi garam selama tahun ini sekitar 20 persen dibanding sebelumnya karena faktor anomali cuaca. (Basri Marzuki/Antara Foto). Â
Sementara itu, cuaca ekstrem menyebabkan sejumlah kapal cepat dan kapal roro berlabuh di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh, Minggu (29/5/2022). (Ampelsa/Antara Foto). Â
Pihak Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP) di daerah itu menghentikan aktivitas penyeberangan untuk kapal cepat rute Banda Aceh tujuan Pulau Sabang dan sebaliknya akibat cuaca buruk disertai angin kencang dengan kecepatan 40 hingga 55 knot/jam yang berpotensi terjadi gelombang setinggi tiga sampai empat meter yang diperkirakan berlangsung hingga dua hari ke depan. (Ampelsa/Antara Foto).