"Utilitas rendah, posisi 36%. Tapi ini masih bisa ditingkatkan. Batasnya adalah fasilitas yang didorong. Apa dari fasilitas pengolahan, cold storage. Nah ini tergantung pasokan dan jumlah pengusahanya," katanya dalam Rakernas Kadin Bidang Perikanan dan Kelautan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Kementerian Perindustrian sendiri tengah menyusun peta jalan (road map) pembangunan industri pengolahan hasil perikanan nasional dengan target jangka pendek meningkatkan utilisasi industri perikanan hingga 90%. Sebagai gambaran, saat ini terdapat 718 industri pengolahan ikan dengan skala menengah besar yang memiliki kapasitas terpasang sekitar 1,6 juta ton dan menyerap tenaga kerja sebanyak 235 ribu orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena bagi industri yang paling penting minimum kapasitas itu terisi. Industri perikanan pada saat angin barat itu tidak bisa melaut terutama dengan kapal yang terbatas. Oleh karena itu, Pemerintah dan dunia usaha harus bekerja sama untuk mengatasi kendala ini, sehingga industri perikanan kita dapat berkembang pesat," kata Airlangga.
Selanjutnya, dilakukan pengembangan standarisasi dan teknologi melalui bantuan mesin dan peralatan pengolahan hasil laut ke daerah-daerah yang potensial.
"Selain itu, pengembangan kualitas dan kuantitas SDM industri melalui pelatihan jaminan mutu dan keamanan produk industri pengolahan hasil laut serta tentang teknologi proses produksinya," papar Airlangga.
Ia sendiri optimistis Indonesia mampu menjadi basis industri pangan berbasis perikanan karena bahan baku tersedia dalam jumlah banyak. Apalagi, industri pengolahan ikan termasuk sektor prioritas yang perlu dipercepat pengembangannya berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035.
"Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas laut 5,8 juta kilometer persegi atau dua pertiga dari seluruh wilayah Indonesia, tentunya dikaruniai keanekaragaman kehidupan hayati seperti ikan dan terumbu karang maupun non hayati," jelasnya. (hns/hns)