Begini Cara Pemerintah Kurangi Tekanan Dolar AS

Begini Cara Pemerintah Kurangi Tekanan Dolar AS

Dana Aditiasari - detikFinance
Selasa, 05 Jun 2018 16:07 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak perkasa dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan dolar AS sempat menyentuh Rp 14.200.

Penguatan dolar AS memberikan pengaruh cukup besar pada impor bahan baku, contohnya ketika Indonesia mendorong kapasitas produksi, hal ini secara otomatis akan mendorong impor apalagi saat ini laju impor lebih cepat dari ekspor.

"Saat ini komposisi bahan baku dan bahan penolong sektor industri sebesar 75% berasal dari impor," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar, Selasa (5/6/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Merespons kondisi tersebut, kata Haris, pemerintah tidak tinggal diam.

"Kemenperin terus berupaya mendorong agar ekspor juga cepat, orientasi kita saat ini untuk bisa menghambat impor terkait produk jadi," sambung dia.

Selain dukungan ketersedian bahan baku dan regulasi Pemerintah, industri harus mampu berinovasi agar tidak terlalu dibanjiri impor.

Industri harus siap berkompetisi dengan importir untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap asing. Kompetisi ini dinilai efektif untuk mengurangi angka impor sekaligus meningkatkan kualitas barang dalam negeri.

"Kita punya beberapa program, salah satunya saat ini sedang dikembangkan penggantian bahan baku yang selama ini impor seperti kapas, melalui pengembangan industri rayon dari kayu yang diproses sehingga bisa jadi bahan baku tekstil pengganti kapas. Ini akan mendorong penguatan industri hulu dan bisa kurangi ketergantungan pada impor," kata Haris.

Haris melanjutkan, saat ini seluruh sektor industri dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah, dengan demikian akan tercipta pemerataan ekonomi.

Kemenperin juga tengah mendorong industri kecil dan menengah (IKM) yang bisa support kawasan industri melalui sentra IKM.

"Diharapkan IKM ini dapat mendukung manufaktur skala besar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor dan menguatkan rantai pasok sektor industri di dalam negeri agar semakin produktif dan berdaya saing, contohnya sentra industri IKM Karawang yang mendukung industri besar seperti industri komponen otomotif yang bisa dikerjakan oleh IKM," lanjut Haris.

Industri Manufaktur Sokong Pertumbuhan Ekonomi Menurut Haris, keberadaan industri manufaktur masih menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi nasional, dengan didukung banyaknya investor mengembangkan sektor tersebut.

"Pertumbuhan industri manufaktur juga mendorong peluang lapangan kerja baru sehingga menciptakan multiplier effect serta mempercepat PDRB di daerah-daerah," ujar Haris.

Komitmen investor baik skala nasional maupun global dalam mengembangkan sektor manufaktur juga harus dimanfaatkan dengan baik. Saat ini, banyak KI, terutama di Jawa yang fokus mengembangkan sektor manufaktur.

Contohnya, investor global yang membangun kota industri Karawang New Industry City (KNIC) dan menyiapkan klaster industri manufaktur, seperti material konstruksi (construction material), layanan logistik (logistics), dan fast moving consumer goods/food.


Selain itu PT Jababeka Tbk yang menyiapkan 80 hektare (ha) lahan untuk 80 pabrik di wilayah Kendal, Jawa Barat. Perseroan juga memiliki proyek di Cikarang, Jawa Barat, yang dikembangkan sebagai kawasan industri manufaktur elektronik dan otomotif.

Di Banten, terdapat KI Modern Cikande, yang diharapkan dapat menjadi salah satu kawasan pengembangan industri manufaktur, seperti baja, kimia, dan makanan.

Ada pula Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Eko Listyanto menyatakan sektor manufaktur menyumbang kontribusi terbesar terhadap perekonomian
yakni sekitar 20% dari PDB.

"Apabila pemerintah ingin menggenjot pertumbuhan lebih dari 5%, maka kuncinya adalah terus mendorong pertumbuhan industri manufaktur dan menekan produk impor masuk," jelas Eko. (dna/zlf)

Hide Ads