Penjualan Pupuk Indonesia Naik Jadi 8,9 Juta Ton

Penjualan Pupuk Indonesia Naik Jadi 8,9 Juta Ton

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Sabtu, 27 Okt 2018 15:56 WIB
Foto: Dok. PT Pupuk Indonesia
Bontang - PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatat kinerja positif di triwulan III 2018. Hingga September, penjualan pupuk meningkat sebesar 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 atau setara dengan 8,9 juta ton.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Aas Asikin mengatakan peningkatan kinerja tersebut didorong oleh penjualan pupuk subsidi untuk petani dan juga ekspor.

Adapun, penyaluran pupuk subsidi telah mencapai 6.633.982 ton. Sedangkan ekspor untuk pupuk sebanyak 770 ribu ton dan amoniak atau bahan baku pupuk sebesar 439 ribu ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penjualan pupuk untuk sektor PSO, yaitu penyaluran pupuk bersubsidi ke sektor tanaman pangan, hingga saat ini sudah mencapai 6.633.982 ton. Kalau peningkatan ekspor sampai dengan September 2018, ekspor pupuk mencapai 770 ribu ton dan 439 ribu ton amoniak," jelas dia dalam konferensi pers yang dilakukan di Equator Hotel, Bontang, Kalimantan Timur, Sabtu (27/10/2018).


Lebih lanjut, ia memproyeksi ekspor pupuk hingga akhir tahun bisa mencapai 1,588 juta ton dan 630 ribu ton amoniak. Dengan begitu, pihaknya mengharapkan mampu memperoleh US$ 650.563.913.

Sementara itu, ia juga menegaskan bahwa saat ini pihaknya memprioritaskan kebutuhan dalam negeri dibandingkan ekspor. Oleh karena itu ia memastikan kebutuhan dalam negeri bisa tercukupi.

"Izin ekspor hanya bisa keluar jika kebutuhan dan stok dalam negeri sudah aman. Jadi kebutuhan pasti terpenuhi dulu," tutup dia.


Hadapi Dolar AS Rp 15.000

Pupuk memiliki cara guna menekan biaya produksi yang terus meningkat akibat nilai tukar dolar tembus Rp 15.000. Pasalnya, saat ini dirinya masih mengimpor gas untuk proses produksi. Aas Asikin mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan pencampuran penggunaan antara gas alam dan batu bara untuk mengurangi biaya.

"Kita mix energi, kan harga gas relatif tinggi. Jadi kita mix penggunaan gas dan batubara, untuk steam contohnya bukan dari gas tetapi batu bara," jelas dia.

Lebih lanjut, ia mengaku dengan adanya pencampuran bahan bakar tersebut biaya produksi bisa menghemat hingga 20%.

"Mix energi itu siasat untuk dapat mengurangi harga pokok yg lebih rendah. Jadi kalau menghemat sekitar 20% lah," ungkap dia.

Adapun saat ini percobaan pencampuran bahan bakar tersebut belum digunakan di seluruh pabrik PT Pupuk Indonesia namun masih di beberapa lokasi.

Sementara itu, PT Pupuk Indonesia juga mencatat kinerja positif di kuartal III 2018 dengan peningkatan penjualan sebesar 7% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017 atau setara dengan 8,9 juta ton.

Peningkatan tersebut didorong dari penjualan pupuk subsidi mencapai 6 juta ton dan ekspor pupuk 770 ribu ton, serta amoniak atau bahan baku pupuk sebesar 439 ribu ton.
(fdl/fdl)

Hide Ads