Ratusan Pelaku Industri Tenun Tradisional Gulung Tikar

Ratusan Pelaku Industri Tenun Tradisional Gulung Tikar

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 25 Jan 2019 08:12 WIB
1.

Ratusan Pelaku Industri Tenun Tradisional Gulung Tikar

Ratusan Pelaku Industri Tenun Tradisional Gulung Tikar
Ilustrasi Foto: aditya mardiastuti
Jakarta - Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI) menilai industri tenun tradisional saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Tak sedikit pelaku industrinya yang akhirnya gulung tikar dan beralih profesi.

Pihaknya juga menjelaskan industri tenun tradisional dalam negeri saat ini digempur produk impor. Kondisi tersebut bisa mematikan industri dalam negeri.

Lantas bagaimana kondisi industri tersebut? Baca berita selanjutnya.
Ketua Umum KTTI Tengku Ryo Rizqan menjelaskan banyaknya industri pelaku industri kain tenun tradisional karena daya beli masyarakat yang tidak begitu bagus, sementara harga kain tenun tradisional tidak murah.

"Pertama ekonomi, jadi daya beli, karena tenun tenun tradisional ini nggak murah ya. Jadi karena pembuatannya juga satu kain bisa 1-2 bulan ya. Jadi tentu kemudian ini jadi satu kendala," jelasnya saat ditemui di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Dia mengatakan, harga kain tenun tradisional yang paling murah adalah Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.

Di samping itu, keterbatasan akses ke calon pembeli juga jadi kendala. Itu disebabkan minimnya pemahaman soal teknologi untuk memasarkan produknya secara online.

"Kebanyakan penenun tradisional juga, nggak semua ya, tapi sebagian besar tidak ikut dalam perkembangan teknologi, cara menjualnya, cara apa segala macam," jelasnya.

Pada akhirnya banyak yang gulung tikar. Menurut pengalamannya, ada penenun tradisional yang terpaksa berhenti beroperasi.

Ketua Umum KTTI Tengku Ryo Rizqan menyebut, produk tenun tiruan yang berasal dari impor diproduksi secara massal menggunakan mesin.

"Seperti kain misalnya coba cek kain produk lokal kita hampir dibilang sulit diakses, hampir semuanya impor. Nah ini yang harus kita amati. Kita belum mampu lah untuk bisa meredam itu, terlalu kompleks persoalannya," katanya saat ditemui di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Jika menggunakan mesin pabrikan, otomatis ongkos produksi tenun tiruan dari luar negeri jauh lebih murah.

"Pasti (lebih murah), kan waktu kerja itu berbeda, pola kerja berbeda tentu akan mereduksi ongkos produksi kan," sebutnya.

Dia mencontohkan, untuk produk kain tenun tradisional di Indonesia saja paling murah Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Sedangkan impor hanya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota KTTI Boy Abdul menyebut, produk impor menguasai hingga 75% produk kain tenun di Indonesia. Produk impor itu berasal dari India, Thailand dan China.


Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI) mengungkapkan tingginya kebutuhan bahan baku impor untuk membuat kain tenun. Sekitar 70% bahan bakunya masih bergantung pada impor.

"Sekarang berdasarkan data sih masih 70% bahan baku tekstil kita impor. Saya kira kita bisa dikatakan belum merdeka dalam bahan baku itu," kata Ketua Umum KTTI Tengku Ryo Rizqan saat ditemui di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Sementara bahan baku yang tersedia di dalam negeri menurut dia masih kurang. Mau tidak mau untuk produk tenun untuk dipakai tetap harus mengandalkan bahan baku impor.

Bahan baku diimpor dari China, Jepang, dan India, yang mana ketika dolar AS sedang tinggi membuat harga bahan baku ikut naik.

"Makanya KTTI dulu terbentuk gara gara harga kain melonjak, harga benang melonjak. Itu kita kumpul para pengrajin segala macam yang juga pelaku usaha gimana ya. Akhirnya kita coba saling bersubsidi deh," jelasnya.

Untuk itu, pemerintah diharapkan bisa memerhatikan industri hulu tekstil untuk menciptakan bahan baku lokal. Itu demi membuat ketergantungan terhadap bahan baku impor berkurang.


Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI) menyatakan industri kain tenun tradisional di Indonesia sedang dalam kondisi memprihatinkan. Namun, di pasar ekspor sendiri potensinya masih menjanjikan.

"Masih sangat menjanjikan. Kita produk-produk yang saya kira malah bisa lebih mahal kalau tenun tenun kita itu," kata Ketua Umum KTTI Tengku Ryo Rizqan saat ditemui di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Menurutnya negara-negara yang paling meminati produk kain tenun Indonesia adalah Eropa, Amerika Serikat (AS) hingga Jepang.

"Eropa, Amerika, Jepang, produk tenun kita kan langganan yang beli semua diambil ke Jepang," sebutnya.

Dia mengatakan hampir semua produk kain tenun Indonesia yang diminati negara-negara luar.

"Hampir semua ya karena kita kan eksotik ya, dan tidak hanya digunakan untuk pakaian, untuk interior ya, banyak, banyak sekali," sebutnya.

Hide Ads