Dari data Kementerian Pertanian yang dipaparkannya, Iriana menyebutkan setidaknya permintaan teh lebih dari 100.000 ton di tahun 2018, padahal di tahun 2007 permintaan teh lokal tidak sampai 80.000 ton. Namun, naiknya permintaan dalam negeri justru memancing lebih banyak merek teh impor masuk, salah satunya Lipton.
"Domestic consumption itu naik, kita jadi sebenarnya punya kesempatan pasar dalam negeri yang besar. Justru itu juga sebabnya kita juga jadi darling (target ekspor) makanya dari brand-brand teh besar, seperti Lipton dan sebagainya banyak masuk ke kita," kata Iriana dalam FGD Teh di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya merek teh besar saja yang masuk. Apabila melihat tren yang ada di masyarakat, Iriana menuturkan bahwa Thai Tea yang sedang digandrungi masyarakat justru bahan dasar tehnya dari Thailand.
"Kita kebanjiran teh dari Thailand dan ini isinya 400 gram Rp 50.000, satu cup sekitar 2 gram. Ini yang banyak dipakai di mal-mal, Thai Tea. Jadi dalamnya tidak lebih baik dari teh kita, kita bisa menghasilkan teh seperti ini," kata Iriana.
Iriana menilai Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk teh. Sayangnya, industri teh dalam negeri belum mampu memaksimalkan potensi tersebut.
"Jadi pasar kita itu menjadi pasar yang besar untuk teh, cuma bagaimana industri dalam negeri memanfaatkan peningkatan pasar ini. Jadi teman-teman (pengusaha) ayo dong bikin teh yang signature (khas), mau kok konsumen kita di sini beli," ujarnya. (ara/ara)