Jakarta -
Produsen sepatu di Indonesia tengah berjuang untuk bertahan di tengah hantaman Corona (COVID-19). Menurut Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) sekitar 18% produsen sepatu menghentikan atau setop produksi lantaran terdampak Corona.
Menurut data Aprisindo anggotanya sebanyak 120 produsen, ini berarti sekitar 21 produsen yang tutup pabrik. Direktur Eksekutif Aprisindo, Firman Bakri mengatakan keputusan menghentikan produksi dilakukan usai lima bulan terdampak Corona.
Selama pandemi permintaan sepatu menurun, dan Pabrik sepatu yang setop produksi ini kebanyakan berorientasi ekspor dan domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang betul-betul setop produksi sekitar 18%. Mereka sangat kesulitan akhirnya nggak kuat juga," kata Firman seperti yang dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (21/8/2020).
Penghentian produksi juga berdampak pada puluhan ribu pegawai. Menurut Firman, tingkat utilitas atau tingkat pemanfaatan kapasitas produksi saat ini di bawah batas normal.
Di tengah kesulitan itu, Firman menegaskan pelaku usaha butuh bantuan untuk lebih cepat pemulihan. Namun justru muncul sejumlah regulasi yang memberatkan.
Regulasi itu di antaranya adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2019 tentang Metode Pengujian, Tata Cara Pendaftaran, Pengawasan, Penghentian Kegiatan Perdagangan dan Penarikan Barang Terkait dengan Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (K3L).
Bagaimana respons pemerintah? Langsung klik halaman selanjutnya
Sementara itu, pemerintah tidak membantah mengenai hal ini, namun menurut Kementerian Perindustrian, sejumlah industri alas kaki tersebut hanya menghentikan produksi sebagian, bukan seluruhnya.
"Kalau menghentikan produksi sama sekali sih tidak. Industri mengurangi produksinya sehingga harus mengistirahatkan karyawannya dulu untuk sementara, karena demand yang sedang turun terutama di dalam negeri," ujar Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh.
Elis mengatakan, ada sejumlah industri alas kaki yang memilih relokasi ketimbang menghentikan produksi.
"Dan beberapa industri alas kaki juga bukan memberhentikan produksi tetapi relokasi sebagian dari Jabodetabek ke Jawa Tengah," ujarnya.
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengungkapkan pihaknya sudah memiliki beberapa upaya agar pabrik sepatu di Indonesia tetap bertahan di tengah pandemi Corona.
"Untuk pasar dalam negeri maka kami mendorong pengeluaran Pem (APBN & APBD) khususnya mendorong pembelian sepatu mell K/L dan pemda-pemda seluruh Indonesia untuk kebutuhan seragam sepatu ASN-nya maupun apabila sudah selesai pandemi, sekolah melalui kerja sama dengan pendidikan kebudayaan untuk seragam sekolah," kata Gati saat dihubungi detikcom.
Kondisi pabrik sepatu dalam negeri yang terdampak Corona juga menjadi perhatian Kementerian Perdagangan (Kemendag), Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Didi Sumedi mengatakan ada beberapa upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan pabrik sepatu dalam negeri.
"Tentu saja Kemendag juga sangat concern ya untuk menjaga iklim usaha yang sejuk dalam arti industri tetap bisa berjalan dan bertahan di masa pandemi ini," kata Didik.
Didik mengungkapkan ada dua upaya yang akan dijalankan Kemendag dalam menjaga eksistensi pabrik sepatu dalam negeri. Pertama, menjaga permintaan atau demand alak kaki agar tetap terjaga. Upaya tersebut akan diwujudkan melalui kampanye bangga buatan Indonesia dan mendorong ekspor produk sepatu lokal ke mancanegara.
"Dengan terus meningkatkan peran marketing agent Indonesia di luar negeri, yakni atase perdagangan dan ITPC," katanya.
Kedua, dikatakan Didi adalah memperlancar akses terhadap bahan baku penolong dan barang modal yang diperlukan pabrik sepatu dalam memproses produksi.
Simak Video "Video: Kapolri Tinjau Pabrik Sepatu di Brebes, Harap Bisa Kurangi Pengangguran"
[Gambas:Video 20detik]