4 Fakta Vaksin Mandiri yang Diserbu Pengusaha

4 Fakta Vaksin Mandiri yang Diserbu Pengusaha

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 24 Feb 2021 06:00 WIB
Petugas menyuntikan vaksin COVID-19 kepada pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Vaksinasi COVID-19 tahap kedua yang diberikan untuk pekerja publik dan lansia itu dimulai dari pedagang Pasar Tanah Abang.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Program vaksin gotong royong atau vaksin mandiri yang disiapkan pemerintah diminati pengusaha. Program yang ditujukan untuk mempercepat vaksinasi ini terbukti membuat banyak perusahaan antre. Berikut fakta mengenai vaksin gotong royong tersebut:

1. 6.000 Lebih Perusahaan Daftar

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, terkait program tersebut Kadin tengah diminta melakukan pendataan. Dia bilang, dalam dua minggu saja sudah hampir 6.700 perusahaan menyatakan minat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Prosesnya pada saat ini, Kadin ini diminta untuk mendata perusahaan-perusahaan yang tertarik untuk partisipasi dalam program vaksinasi gotong royong ini. Dan ini sudah kami mulai pendataannya dalam dua minggu saja sudah lebih 6.680 sampai 6.700 perusahaan yang tertarik. Jadi memang antusiasme sangat tinggi, 6689,"katanya dalam webinar FMB9, Selasa (23/2/2021).

2. Gratis ke Karyawan

ADVERTISEMENT

Shinta Widjaja Kamdani menjelaskan, harga vaksin mandiri nantinya akan ditetapkan pemerintah. Nantinya, PT Bio Farma (Persero) akan melakukan pengadaan vaksin dan vaksin itu dibeli pengusaha.

"Pada saat ini kan terutama nanti harga itu ditetapkan oleh pemerintah seperti tadi disampaikan oleh Mas Arya bahwa penyediaan itu kan oleh Bio Farma, jadi nanti kita harus beli dari Bio Farma dan harganya sudah fix," katanya.

Dia mengatakan, biaya vaksin mandiri merupakan bagian dari biaya perusahaan. Menurutnya, itu semacam dana corporate social responsibillity (CSR).

"Ini bagian cost daripada perusahaan, sama aja semacam dana CSR. Jadi itu adalah dana sosial yang harus dikeluarkan sama juga dengan cost-cost lain yang kadang-kadang harus timbul, mengenai bencana, lain-lain," terangnya

Jadi, Shinta menegaskan, karyawan atau buruh tak perlu khawatir. Sebab, biaya vaksin tidak akan dibebankan pada karyawan atau buruh.

"Jangan khawatir tidak akan terbebankan sama sekali pada saatnya purely gratis yang akan dilaksanakan," katanya.

Tonton video 'Vaksinasi Mandiri Disebut Tak Serobot Program Vaksinasi Pemerintah':

[Gambas:Video 20detik]



3. Pengadaan Vaksin

Koordinator PMO Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Arya Sinulingga mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima, pengadaan vaksin gotong royong akan dilakukan oleh Bio Farma.

"Pengadaannya, ini dari KPK ya, mereka minta pengadaan tidak random banyak pihak, tapi sampai hari ini informasinya masih dari Bio Farma dengan grupnya yang menjadi pengadaan," ujarnya.

4. Diterpa Isu Miring

Program vaksin gotong royong dihadapkan sejumlah tantangan. Salah satunya terkait kabar tidak benar jika vaksin tersebut ditujukan untuk orang-orang kaya. Padahal, vaksin tersebut ditujukan untuk karyawan atau buruh.

"Tantangan yang berikutnya adalah soal plintiran-plintiran gosip yang dibangun bahwa vaksin gotong royong ini untuk orang-orang kaya. Padahal untuk buruh-buruh mereka karyawan-karyawan mereka," terangnya.

Isu selanjutnya ialah jika vaksin tersebut dikomersialkan. Dia menegaskan, vaksin gotong royong gratis untuk buruh dan tidak diperjualbelikan. Tak hanya itu, vaksin gotong royong juga disangkutpautkan dengan lansia dan pelayan publik yang harusnya mendapat prioritas.

"Saya selalu katakan bahwa yang namanya pelayan publik sama lansia tidak ada terganggu dengan proses ini. Semua sesuai dengan jadwal yang kita miliki," ujarnya.


Hide Ads