Meski demikian, pabrik miliknya tidak boleh berhenti produksi karena masih banyak karyawan. Meskipun hanya bekerja tiga hari dalam seminggu, Aep tetap menjalankan bisnisnya itu.
"Untuk karyawan kita pembagian, ada yang tiga hari kerja, yang penting mereka bisa makan. Kita sebagai pengusaha sangat care kepada mereka memperjuangkan supaya mereka kalau kerja dia bisa makan," ujarnya.
Di balik itu, pihaknya berharap khususnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar memperhatikan para pelaku IKM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang diperlukan, kita kepada pemerintah coba care kepada pengusaha IKM di Kabupaten Bandung khususnya di Majalaya gimana itu solusinya untuk bahan baku sampai melambung 30%," paparnya.
Aep juga mengaku iri, di mana sektor usaha tekstil tidak mendapatkan subsidi selama pandemi COVID-19 ini dibandingkan sektor usaha lainnya.
"Mungkin industri perumahan atau mungkin industri otomotif ada subsidi atau gimana, kalau untuk tekstil mana tidak ada sampai sekarang. Masa Pak Presiden istilahnya menggulirkan cinta produk dalam negeri, kalau kita tidak bisa kompetitif dengan kenaikan harga bahan baku 30% ini," tegas Aep.
Sementara itu, Project Officer Kemitraan IKM Majalaya Dudi Gumilar mengatakan, pertekstilan di Majalaya sangat mengkhawatirkan.
"Dalam hal ini untuk masalah pertekstilan Indonesia, umumnya Majalaya kelihatannya sangat mengkhawatirkan, kita dari IKM di antaranya untuk peningkatan produktivitas, mencari bahan baku yang murah, cuman hal itu juga agak berat," ujarnya.
(wip/ara)