Jakarta -
Penggunaan GeNose sebagai alat tes COVID-19 untuk syarat perjalanan didesak untuk dihentikan. Desakan ini muncul karena GeNose dinilai memiliki akurasi yang rendah dan dikhawatirkan mengeluarkan hasil negatif palsu.
Keraguan muncul karena GeNose hingga kini belum mengantongi hasil uji validitas sebagai dasar untuk menetapkan sejauh mana keakuratan alat ini dalam mendeteksi virus Corona dalam tubuh pasien.
Juru Bicara pengembang GeNose C19, Mohamad Saifudin Hakim mengakui saat ini hasil uji validitas GeNose memang belum keluar dikarenakan prosesnya masih berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil uji validitas belum keluar, karena prosesnya masih berjalan," tutur Hakim dalam keterangannya yang dikutip Minggu (27/6/2021).
Ia melanjutkan, saat ini GeNose C19 memang masih terus disempurnakan. Alat ini tengah menjalani proses validitas eksternal yang melibatkan tiga universitas.
Uji validitas eksternal merupakan bagian dari post marketing analysis, yakni ketika GeNose C19 sudah digunakan oleh masyarakat umum. Uji validitas eksternal bertujuan untuk menambah data dan memperkuat kerja AI.
"Selain itu, uji validitas eksternal merupakan bagian dari continues improvement serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, setelah alat kesehatan mendapat izin edar untuk penggunaan," kata Hakim.
Pakar di tiga universitas, yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Airlangga (Unair) menjadi penguji independen alat GeNose C19.
Simak video 'Pencipta Beberkan Data Penggunaan dan Kualitas GeNose':
[Gambas:Video 20detik]
Apa guna unji validitas ini? buka halaman selanjutnya.
Usai diuji validitasnya, GeNose akan mendapatkan persetujuan etik untuk memastikan penelitian GeNose C19 bekerja sesuai kaidah ilmiah. Seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance atau Keterangan Lolos Kaji Etik.
Uji validitas eksternal telah dimulai sejak bulan April di Universitas Andalas. Selanjutnya, Rumah Sakit UI memulai tahap uji tersebut pada bulan Juni. Kemudian, Unair dan RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) akan mulai uji validitas eksternal GeNose C19 pada akhir bulan Juni 2021. Periode uji validitas ialah empat sampai enam bulan tergantung perjanjian dengan masing-masing institusi tersebut.
Meski begitu, GeNose terbukti dapat membantu masyarakat yang harus melakukan mobilitas, sehingga tetap dapat memenuhi protokol kesehatan, khususnya saat berada di ruang publik.
Semua pihak termasuk peneliti dan pengembang, distributor, operator, maupun masyarakat pengguna perlu sama-sama dapat memastikan agar tata cara penggunaan alat GeNose C19 sesuai dengan SOP tersebut. Meski demikian, ia menyebut jika kondisi lingkungan belum ideal maka hasil tes bisa menunjukkan positif atau negatif palsu.
"Jika GeNose C19 dioperasikan ketika kondisi lingkungannya belum ideal dan syarat belum terpenuhi, maka hasil tes bisa menunjukkan 'low signal' atau memunculkan hasil positif maupun negatif palsu," jelas Hakim.
SOP GeNose telah disampaikan melalui distributor-distributor dan kepada semua operator secara berkala. Misalnya, salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi penempatan alat.
GeNose harus diletakkan di ruangan yang memiliki saturasi udara satu arah. GeNose juga sudah memiliki fitur analisis lingkungan yang otomatis mengevaluasi saturasi partikel di sekelilingnya. Operator hanya perlu melakukan mode flushing untuk memeriksa udara atau lingkungan di sekitar alat selama 30 hingga 60 menit sebelum menjalankan alat.
Software GeNose C19 akan memberi tanda pada layar monitor laptop bahwa lingkungan sudah mendukung atau belum. Tanda warna hijau dan tulisan GO artinya sudah bisa digunakan, sedangkan warna kuning atau merah dengan tanda seru berarti belum OK atau mendukunguntuk mengoperasikan GeNose C19.
"Jika memaksa GeNose C19 beroperasi ketika kondisi lingkungannya belum OK, maka hasil tes bisa tidak tepat. Sebagai pengembang GeNose C19, tim peneliti juga telah menyiapkan mekanisme pemantauan penggunaan alat, pemutakhiran perangkat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Secara berkala dan berkelanjutan serta terus disampaikan melalui produsen maupun distributor," tambah Hakim.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta agar penggunaan GeNose sebagai syarat perjalanan dihapus. Dia menilai, GeNose memiliki akurasi yang rendah.
"Banyak kasus, akurasinya mengindikasikan rendah. Dikhawatirkan menghasilkan 'negatif palsu'," kata Tulus dalam keterangannya, Rabu (23/6/2021)