Sementara penurunan ekspor yang terjadi sejak akhir tahun lalu disebabkan karena masalah iklim, yakni El Nino sehingga produksi kelapa sawit menurun.
Penurunan produksi kelapa sawit juga disebabkan kian mahalnya harga pupuk. Hal itu berdampak khususnya terhadap kebun sawit rakyat. Kondisi tersebut membuat hasil produksi mereka tidak optimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi proses pemupukannya itu tidak sempurna sehingga berpengaruh terhadap produktivitas daripada kebun-kebunnya. Kita tahu perkebunan sawit rakyat ini 41% daripada total perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jadi 41% dari tanaman hamparan tanaman sawit Indonesia itu adalah perkebunan-perkebunan sawit rakyat," papar Eddy.
Oleh karena itu, apabila pemeliharaan kebun tidak dilakukan dengan bagus akan berdampak terhadap produktivitasnya yang akan menurunkan tingkat produksinya. Ujungnya volume ekspor CPO akan menurun.
Dia menjelaskan pada Oktober 2021, ekspor CPO mencapai 3,330 juta metrik ton, kemudian turun menjadi 1,672 juta metrik ton pada November, dan naik tipis menjadi 1,850 juta metrik ton pada Desember.
"Kemudian Januari turun lagi menjadi 1,608 juta, dan Februari sampai dengan minggu ketiga ini tadi hanya mencapai 1,178 juta metrik ton. Jadi ada suatu kecenderungan penurunan volume ekspor khususnya mulai akhir tahun 2021 sampai dengan bulan Februari 2022," tambahnya.
(toy/hns)