Luhut Mau Ibu Kota Negara di Kaltim Punya Industri 'Ramah Lingkungan'

Luhut Mau Ibu Kota Negara di Kaltim Punya Industri 'Ramah Lingkungan'

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 13 Mei 2022 13:30 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan/Foto: KEMENKO MARVES
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan bahwa Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan bisa menjadi kawasan industri hijau yang terintegrasi.

"Saya pikir Pertamina ada di sini, Ibu Nicke. Jadi saya ingin melihat bagaimana mengimplementasikan target ini. Saya memberi waktu untuk Ibu Kota Baru di Kalimantan menjadi kawasan industri hijau terintegrasi, sehingga Anda dapat menyuntikkan CO2," katanya, dikutip Jumat (13/5/2022).

Hal ini diungkapkan di acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) PT Pertamina (Persero) dengan Chevron New Ventures Pte. Ltd, Kamis (12/5). Agenda itu diselenggarakan di Washington DC dan Luhut datang secara fisik dan memberikan sambutan secara langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, MoU Pertamina dan Chevron berkaitan dengan kerja sama bisnis menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.

Menurut Luhut, kesepakatan tersebut penting bagi Indonesia, terutama untuk memajukan sektor industri yang rendah karbon. Luhut juga bercerita, pihaknya telah berbincang hal tersebut dengan Chevron.

ADVERTISEMENT

"Dan saya percaya lagi, di masa depan, orang-orang terus membicarakan energi bersih, energi hijau. Jadi proyek ini akan menjadi sangat, sangat penting bagi Indonesia seperti yang saya diskusikan di kantor saya dengan tim Chevron. Kita akan melihat implementasi yang sangat cepat dari ini," ujarnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Luhut juga mengingatkan, dukungan pemerintah sangat penting untuk menggenjot teknologi rendah karbon ke depannya. Dukungan itu untuk terkait perizinan dan hubungan mitra di seluruh dunia.

"Dukungan pemerintah sangat penting untuk meningkatkan penerapan teknologi rendah karbon dengan memperbarui izin dan menghubungkan dengan mitra strategis potensial di seluruh dunia," lanjutnya.

"Selamat untuk Anda berdua dan sekali lagi, saya ingin melihat penerapan ini dan studi yang sangat cepat dari langkah ini yang sangat besar dan memahami bahwa ini harus dilakukan selama beberapa waktu," tutupnya.

Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) dengan anak usaha Chevron Corporations, Chevron New Ventures Pte. Ltd telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.

Chevron dan Pertamina berencana untuk mempertimbangkan teknologi panas bumi baru (novel geothermal), penyeimbangan karbon (carbon offsets) melalui solusi berbasis alam, penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization, dan storage) (CCUS), serta pengembangan, produksi, penyimpanan, dan transportasi hidrogen dengan rendah karbon (lower carbon hydrogen).

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati dan Executive Vice President Business Development Chevron, Jay Pryor. Agenda itu dilaksanakan di Washington, DC, waktu setempat. Selain Luhut, hadir juga Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.


Hide Ads