Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menuturkan sedang terjadi penurunan permintaan dalam sektor industri furnitur. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengungkapkan, pada 2022 industri furnitur menyumbang 1,3% dalam perekonomian dengan nilai ekspor US$ 2,47 miliar, angka ini turun 2% dari tahun 2021.
Ia menuturkan, industri furnitur masih mengalami berbagai kendala dan tantangan. Pertama, permasalahan logistik terkait rantai pasok ketersediaan bahan baku. Kedua, soal teknologi dan sumber daya manusia (SDM).
"Teknologi di industri furnitur dan kerajinan masih belum terjangkau secara merata," ujarnya dalam acara Launching IFFINA 2023 di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2023).
Ketiga, terkait pemberlakuan sistem verifikasi legalitas kayu (SPLK) wajib. Ia menjabarkan, SPLK ini ditujukan untuk menjaga aspek kelestarian lingkungan atau keberlanjutan dari bahan baku yang digunakan.
"Pada produk kayu, aspek sustainability saat ini mendapat perhatian besar dan bahkan menjadi syarat di pasar global," ungkapnya.
Dalam menghadapi masalah tersebut, ia mengatakan pihaknya tengah menyusun berbagai strategi. Pertama, mengalihkan pasar ekspor yang terdampak resensi ekonomi ke pasar domestik.
"Kedua memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional," ujarnya.
Ketiga, memperkuat media promosi terhadap produk furnitur. Salah satunya yaitu melalui media digital.
(ara/ara)