Seberapa Ngaruh Cukai Minuman Berpemanis Tekan Risiko Diabetes?

Lumongga Harahap - detikFinance
Jumat, 06 Okt 2023 16:30 WIB
Ilustrasi/Foto: rengga sancaya
Jakarta -

Pengenaan cukai terhadap minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) disebut akan mulai diterapkan pada 2024 mendatang. Kebijakan fiskal ini diharapkan mampu mengontrol konsumsi gula masyarakat dalam minuman kemasan yang disebut berkontribusi pada risiko diabetes dan tingkat obesitas di Tanah Air.

Seberapa efektif langkah fiskal ini menekan tingkat konsumsi gula di masyarakat?

Pengamat Pajak Danny Darussalam Tax Centre, Bawono Kristiaji, menilai pengenaan cukai akan menjadi alat yang lebih efektif sebagai pengendali dibandingkan dengan edukasi. Hal ini mengingat masyarakat langsung akan berhadapan dengan harga.

"Di banyak penelitian empiris, itu (edukasi) relatif tidak efektif. Jadi, apa yang lebih efektif? Jadi, adalah mekanisme harga. Orang itu akan lebih bereaksi ketika mau membeli sesuatu itu termometernya adalah harga," sebut Bawono Kristiaji dalam d'Mentor, Kamis (5/10/2023) kemarin.

Pria yang akrab disapa Aji tersebut menilai pemberlakuan cukai lebih efektif karena langsung mengintervensi harga.Harga tadi akan mengubah pertimbangan masyarakat sebelum mengonsumsi.Namun efektifitasnya masih perlu diteliti lagi tergantung pada cara penerapan dan pengawasannya.

Namun, berkaca pada penerapan cukai tembakau dan alkohol, hasilnya tak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Kerap kali justru pengenaan cukai membuat muncul produk-produk substitusi yang justru lebih membahayakan masyarakat.

"Contoh, rokok. Kita lihat cukai penerimaan hasil tembakau tidak akan mencapai target. Ada aktivitas down trading. Masyarakat tidak mengurangi konsumsi rokoknya. Dia berpindah ke rokok yang lebih murah. Kalau itu yang terjadi, itu nggak dapat semua. Penerimaannya nggak dapat, pengendaliannya nggak dapat. Jangan sampai ini terjadi juga di dalam cukai MBDK," jelas Aji.

Pelaku usaha sendiri menilai, edukasi konsumsi gula di masyarakat akan lebih efektif dibandingkan dengan pengenaan cukai. Penanaman kesadaran konsumsi gula dalam tubuh dianggap dapat mengurangi pembelian MBDK sehingga produsen akan menyesuaikan permintaan dan menjual produk sesuai dengan selera masyarakat.

"Sekolah itu menjadi tempat pendidikan. Kalau ini sudah dididik dari sekolah, dari kecil nggak (minum minuman) manis-manis. Jadi, produsen ini akan menjual yang tidak manis," kata Ketua GAPMMI, Adhi S. Lukman dalam kesempatan yang sama.




(eds/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork