Studi terbaru yang dipublikasikan oleh JAMA Network pada 17 Januari 2025 mengungkapkan bahwa produk tembakau alternatif, termasuk rokok elektronik (vape), semakin populer sebagai alat bantu untuk berhenti merokok.
Dalam studi berjudul "Prevalence of Popular Smoking Cessation Aids in England and Associations With Quit Success", rokok elektronik tercatat sebagai alat bantu berhenti merokok yang paling banyak digunakan di Inggris pada tahun 2023-2024, mencapai 40,2 persen dari seluruh upaya berhenti merokok.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa rokok elektronik memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, seperti terapi pengganti nikotin (NRT). "Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan berhenti merokok dapat meningkat dengan mendorong penggunaan metode yang lebih efektif. Kami menemukan bahwa upaya berhenti merokok yang dibantu rokok elektronik lebih mungkin berhasil dibandingkan dengan yang tidak," tulis laporan tersebut.
Menanggapi temuan tersebut, praktisi kesehatan dr. Jeffrey Ariesta Putra membenarkan bahwa perokok yang beralih ke produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, cenderung lebih berhasil dalam menghentikan kebiasaan merokok. Menurutnya, perokok yang mencoba berhenti tanpa dukungan produk pengganti biasanya menghadapi tingkat kegagalan yang lebih tinggi. Ketergantungan nikotin yang masih ada sering kali memicu perokok untuk kembali ke kebiasaan merokok.
"Sebagai praktisi kesehatan, saya sulit meminta pasien untuk berhenti merokok secara langsung tanpa alternatif yang lebih aman. Kebiasaan merokok sudah sangat kuat, dan meskipun edukasi tentang bahaya rokok sudah banyak, sering kali itu tidak cukup untuk mencegah seseorang kembali merokok. Produk rokok elektronik bisa menjadi alternatif yang lebih aman dan lebih mudah diterima," jelas dr. Jeffrey.
Di Indonesia, prevalensi merokok masih sangat tinggi. Salah satu faktor penghambat peralihan ke produk tembakau alternatif adalah harga yang lebih mahal dibandingkan rokok konvensional. Menurut dr. Jeffrey, harga yang lebih tinggi menjadi salah satu alasan mengapa banyak perokok enggan beralih ke produk alternatif.
"Keterjangkauan produk tembakau alternatif sangat penting dalam mendorong perokok untuk beralih ke pilihan yang lebih rendah risiko. Jika produk pengganti lebih terjangkau, maka lebih banyak perokok yang mungkin tertarik untuk beralih," kata dr. Jeffrey. Ia pun menyarankan agar pemerintah memberikan insentif atau kebijakan yang mendukung aksesibilitas produk tembakau alternatif.
"Pemerintah bisa memberikan insentif atau subsidi untuk produk alternatif, sehingga harga menjadi lebih terjangkau. Hal ini akan membantu lebih banyak perokok untuk beralih dan mengurangi risiko kesehatan mereka," tambahnya.
Dengan semakin tingginya kesadaran tentang bahaya merokok dan dukungan dari kebijakan yang mempermudah akses produk alternatif, diharapkan lebih banyak perokok yang berhasil berhenti merokok dan beralih ke pilihan yang lebih aman, seperti rokok elektronik.
Tonton juga Video: Pakar Sebut 1 Mini Pod Vape Setara dengan 20 Rokok Konvensional
(rrd/rir)