Singgih memutuskan untuk mematikan air conditioner (AC) di terminal bandara. Hal itu dilajukan guna menghemat biaya sebesar Rp 700 juta.
Singgih mengungkapkan sepinya penumpang membuat pengoperasian penerbangan hanya sebanyak satu kali dalam seminggu. Hal ini tentu mempengaruhi biaya operasional mereka.
Maka dari itu, pihaknya menyusun strategi demi menghemat biaya. Misalnya dengan mematikan AC di dalam terminal bila tak ada penerbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, ia mencatat dengan adanya kegiatan ini, ia bisa menghemat hingga Rp 700 juta. Dari sebelumnya biaya listrik per bulan sebesar Rp 1,8 miliar turun menjadi Rp 1,1 miliar.
"Dengan seperti ini kita bisa menghemat biaya listrik Rp 1,8 miliar per bulan jadi Rp 1,1 ini akan kita turunkan lagi. Karena memang gini bandara kan operating hour itu listriknya harus dihitung makanya kita pake metode metode seperti ini," ungkapnya.