Dari ratusan proyek yang didukung oleh Perpres tersebut, 65 di antaranya merupakan proyek jalan tol. Hasilnya, saat ini setidaknya sudah ada 10 ruas tol yang beroperasi penuh di mana 8 di antaranya merupakan bagian dari ruas tol Trans Jawa.
Kini tersisa ada 14 ruas tol yang masih dalam tahap persiapan alias belum menemukan investor. Ke-14 ruas tersebut mayoritas diisi oleh bagian dari Trans Sumatera. Berikut informasi selengkapnya:
Daftar 14 Ruas Tol Baru
|
Foto: Agung Pambudhy
|
Nantinya ruas-ruas tol ini akan ditetapkan lokasi trasenya untuk kemudian bisa dilelang dan ditetapkan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) nya. Setelah dilakukan penandatanganan pengusahaan perjanjian jalan tol (PPJT), proyek bisa mulai digarap.
Mengutip data BPJT yang diterima detikFinance, biaya pembangunan untuk ke-14 ruas tol baru tersebut sekitar Rp 244,4 triliun. Panjang jalan tol yang dibangun mencapai Rp 1.576 km.
Berikut daftar 14 ruas tol baru yang masih dalam tahap persiapan beserta biaya investasinya:
Yogyakarta-Solo (40,49 km) Rp 22,5 T
Semarang-Demak (25 km) Rp 15,3 T
Yogyakarta-Bawen (104 km) Rp 12.14 T
Palembang-Tanjung Api-api (70 km) Rp 10 T
Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim (25 km) Rp 2,2 T
Binjai-Langsa (110 km) Rp 18,8 T
Rantau Prapat-Kisaran (100 km) Rp 17,14 T
Langsa-Lhokseumawe (135 km) Rp 21,7 T
Lhokseumawe-Sigli (135 km) Rp 21,7 T
Parapat-Sibolga (101,5 km) Rp 8,7 T
Betung (Simpang Sekayu)-Tempino-Jambi (191 km) Rp 21,3 T
Jambi-Rengat (190 km) Rp 25,3 T
Rengat-Pekanbaru (175 km) Rp 24,8 T
Dumai-Simpang Sigambal-Rantau Prapat (175 km) Rp 22,4 T
Biaya Investasi Rp 244 T
|
Foto: Dok. Trans Marga Jateng
|
Perbandingannya bisa dilihat dari biaya pembangunan tol sepanjang 191 km untuk ruas Simpang Sekayu-Tempino-Jambi hanya sekitar Rp 21,32 triliun. Sedangkan ruas tol Yogyakarta-Solo yang panjangnya 40,49 km membutuhkan biaya hingga Rp 22,52 triliun.
Berikut daftar biaya investasinya:
Yogyakarta-Solo (40,49 km) Rp 22,5 T
Semarang-Demak (25 km) Rp 15,3 T
Yogyakarta-Bawen (104 km) Rp 12.14 T
Palembang-Tanjung Api-api (70 km) Rp 10 T
Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim (25 km) Rp 2,2 T
Binjai-Langsa (110 km) Rp 18,8 T
Rantau Prapat-Kisaran (100 km) Rp 17,14 T
Langsa-Lhokseumawe (135 km) Rp 21,7 T
Lhokseumawe-Sigli (135 km) Rp 21,7 T
Parapat-Sibolga (101,5 km) Rp 8,7 T
Betung (Simpang Sekayu)-Tempino-Jambi (191 km) Rp 21,3 T
Jambi-Rengat (190 km) Rp 25,3 T
Rengat-Pekanbaru (175 km) Rp 24,8 T
Dumai-Simpang Sigambal-Rantau Prapat (175 km) Rp 22,4 T
Sumber Pembiayaan yang Sudah Dibangun
|
Foto: Dok. Kementerian PUPR
|
Pertama, sumber pembiayaan yang paling banyak digunakan adalah utang yang dilakukan oleh investor atau badan usaha jalan tol (BUJT). Pembiayaan melalui utang mencakup 50% atau sekitar Rp 291 triliun.
Kedua, pembiayaan lainnya melalui ekuitas BUJT mencakup 44% atau sekitar Rp 255 triliun. Ketiga, pembiayaan melalui APBN sebesar 6% atau sekitar Rp 36,4 triliun yang disalurkan lewat mekanisme VGF.
Sumber pembiayaan lewat VGF tersebut paling besar berasal dari pinjaman dengan China, yakni sebesar Rp 13,3 triliun. Sisanya ada dari APBD (Rp 1,5 triliun), APBN (Rp 5,4 triliun), dan dukungan dari BUJT lain yang mendapatkan proyek tol Trans Jawa (Rp 8,4 triliun).
Saat ini masih ada gap pembiayaan dari VGF yang belum ditutupi sebesar Rp 7,8 triliun. Pembiayaan tersebut akan dipakai untuk membiayai pembangunan tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat.
Adapun Bank Mandiri, BCA dan BNI menjadi tiga bank terbesar yang menyalurkan pembiayaan jalan tol. Kemudian disusul oleh BRI, SMI (PT Sarana Multi Infrastruktur), Bank Mega dan bank lainnya.
Halaman 2 dari 4
Simak Video "Video Myze Hotel Waingapu: Nyeni dan Dipenuhi Ornamen Budaya Khas Sumba"
[Gambas:Video 20detik]











































