Ia sendiri tak mengetahui secara detail penyebabnya. Pasalnya, proyek penangkal banjir itu dikaji ketika Menteri Pekerjaan Umum (PU) periode 2004-2014, Djoko Kirmanto menjabat.
"Saya masih belum dengar (soal beban modal jadi penyebab berhentinya proyek). Itu kan sejak Menterinya Pak Djoko dulu. Tapi selama 5 tahun belakangan ini kan nggak ada, belum dibahas lagi," pungkas Basuki.
Sebagai informasi, proyek terowongan raksasa ini digagas sejak tahun 2007, di kala Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Sutiyoso masih menjabat. Pada tahun 2013, proyek yang tak ada kabarnya itu kemudian disuarakan kembali ketika Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat sebagai Gubernur DKi Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2015,Deputi Menteri Koodinator Bidang Perekonomian bidang Infrastruktur Lucky Eko Wuryanto kala itu menyebut proyek tersebut tidak layak secara finansial. Cenderung mahal dan tidak akan begitu efektif mengatasi curah hujan yang tinggi di Jakarta dalam musim tertentu.
"Itu sih sebetulnya investasinya mahal. Kontribusinya untuk pengendalian banjir nggak banyak. Cuma bisa 5% sampai 10%," ungkap Lucky ditemui di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (12/2/2015).
(fdl/fdl)