Meski begitu perusahaan masih bisa terselamatkan dengan pendapatan dari non-farebox seperti iklan. Salah satu yang tengah dilakukan perusahaan adalah memanfaatkan pilar di jalur layang MRT untuk media iklan dengan memasan layar LCD dan LED.
Saat ini MRT dalam proses memasang sebanyak 438 pilar yang neon box dan 50 pilar LED. Lokasinya mulai dari Stasiun Lebak Bulus sampai Stasiun ASEAN dan Depo Lebak Bulus.
"Cukup menggembirakan pendapatan kita di non-farebox ada pengaruh tapi sangat sedikit. Kadi masih bisa kita pertahankan. Kita belum tahu angkanya maksimalnya berapa, tapi mungkin sekitar Rp 370 miliar per tahun. Ini lebih baik dari tahun lalu," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu PT MRT juga masih bergantung pada pendapatan subsidi dari Pemprov DKI Jakarta yang tahun ini hanya sekitar Rp 600 miliar. Hal itu karena kapasitas fiskal Pemprov DKI Jakarta yang berkurang akibat pandemi.
Dengan 3 sumber pendapatan itu, MRT harus bisa bertahan hingga akhir tahun ini. Meski begitu, William menjamin cashflow MRT hingga akhir tahun masih positif.
Meskipun perusahaan juga melakukan berbagai efisiensi. Salah satunya menunda pembelian simulator kereta.
"Jadi pendapatan kita efisiensikan agar menjaga cashflow dan buku kita positif. Kita masih optimistis EBITDA masih positif. Mungkin ada rugi atau laba kita belum tahu, bulan depan dilaporkan," tutupnya.
(das/eds)