Sementara itu, Sam Gautama Kepala PUPR Kabupaten Blora mengatakan, pembangunan BG Karangnongko akan berdampak hilangnya ruas jalan Kabupaten sepanjang 3 Kilometer.
"Jalan sepanjang 3 kilometer juga akan hilang atau tenggelam apabila pembangunan bendungan itu berjalan," kata Sam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sam sedikit membocorkan perkiraan anggaran untuk melakukan pembebasan lahan mencapai hampir Rp 1 Triliyun. Anggaran sebesar itu tidak untuk pembebasan lahan di wilayah Kabupaten Blora saja, namun juga untuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang turut berdampak. Ganti rugi lahan itu meliput lahan sawah, perumahan, tanaman, fasilitas umum, fasilitas sekolah dan lahan Perhutani.
"Kalau harga berdasarkan NJOP sekitar Rp 200 Miliar lebih. Tapi jika harga lapangan kira-kira mencapai Rp 1 triliunan," terangnya.
Sam menjelaskan, fungsi dibangunnya BG Karangnongko adalah untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Blora dan Bojonegoro. Jadi dalam bendungan ini nanti ada pintu bangunan dari sisi kanan ada di Desa Ngelo, Bojonegoro, Jawa Timur dan sisi kiri ada di Desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan Blora, Jawa Tengah. Yang nantinya untuk irigasinya akan sampai ke Kecamatan Kedungtuban dan Cepu.
"Nantinya Blora akan mendapatkan jatah air baku, yang akan disalurkan ke Blora. Air baku untuk Blora 100 liletr perdetik,'' jelasnya.
Untuk saluran irigasi untuk wilayah Blora lanjutnya, hingga panjang saluran induk/ primer sepanjang 10,876 kilometer. Sedangkan untuk situs - situs bersejarah seperti situs Nginggil hampir dipastikan juga akan turut tenggelam.
"Ya tenggelam juga. Nanti dilihat ya bagaimana gambarnya. Tapi sepertinya hilang atau tenggelam juga," terangnya.
Terpisah Isgiyanto dari pihak Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS-BS) mengatakan, untuk pembangunan Bendung Gerak Karangnongko pembangunannya ditunda atau tidak dilakukan tahun ini.
"Ditunda ya, karena ada refocusing anggaran untuk penanggan COVID-19. Maka pembangunan ditunda. Terkait kepastian kapan dibangun, hal itu menjadi kewenangan pemerintah pusat atau kementrian PUPR. Kalau kami di daerah kalau ada perintah siap saja menjalani," kata Isgiyanto.
Isgiyanto mengatakan, untuk pembangunan itu dibutuhkan anggaran sebesar Rp 1,5 triliun dan bersifat multiyears.
"Anggarannya hampir sebesar Rp 1,5 Triliun. Itu pembangunan bersifat multi years. Sebenarnya pembangunan tersebut sudah siap lelang. Sudah ada dananya. Karena ada refocusing maka ditunda. Bendungan itu untuk menampung 60 juta meter kubik," katanya.
Dihubungi terpisah, Bupati Blora Arif Rohman mengatakan, pembangunan Bendung Gerak Karangnongko masuk salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), namun karena ada refocusing anggaran untuk penanganan COVID-19 maka pembangunan yang seharusnya dijalankan tahun ini di tunda. Namun begitu apabila proyek tersebut berjalan dia meminta kepastian relokasi warga yang terdampak.
Karena memang lanjutnya, beban terberat atas proyek ini di Blora dimana harus bedol desa. Yang mana diperkiakan dua desa akan terdampak penuh, yakni Desa Ngrawoh dan Desa Nginggil. Kemudian Desa Nglebak, hanya sebagian. Sedangkan di Desa Mendenrejo sebagai lokasi dibangunnya bendungan tak ada rumah warga yang terdampak.
"Dampak terbesar dari proyek ini adalah dampak sosial, dimana proyek strategis nasional dengan bedol desa ini merupakan yang pertama di wilayah Blora. Perlu pendekatan ke masyarakat apabila proyek ini kembali dijalankan," terangnya.
Simak Video: Setop Sebut Rumah Kami Kampung Janda
(zlf/zlf)