Kementerian BUMN menilai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang biaya pembangunannya membengkak hal wajar. Dijelaskan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, penyebab biaya membengkak karena perubahan desain dan naiknya harga tanah.
"Pembengkakan-pembengkakan itu juga hal yang wajar, namanya juga pembangunan awal dan sebagainya. Itu membuat beberapa hal jadi agak terhambat. Jadi dimana-mana juga kemunduran-kemunduran yang sebelumnya itu akan menaikkan cost, itu sudah pasti itu," kata dia kepada wartawan ditulis detikcom, Minggu (10/10/2021).
Dia menyebut pembangunan proyek seperti kereta cepat di tengah perjalanan apalagi dalam rentang waktu yang panjang bisa mengalami perubahan desain, disebabkan kondisi geologis dan geografis yang berubah dari awal perencanaan.
"Jangan katakan bahwa ini perencanaannya 'wah sebelumnya bagaimana hitung-hitungannya?' hampir semua negara mengalami hal yang sama, apalagi itu (proyek) yang pertama kali pasti ada perubahan-perubahan ya, perubahan-perubahan desain pasti ada dan itu membuat pembengkakan biaya," ujar Arya.
Harga tanah, lanjut Arya seiring waktu berjalan juga mengalami kenaikan. Biaya pembebasan lahan itu dikatakannya turut menyebabkan kebutuhan anggaran Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak.
"Itu wajar itu terjadi di hampir semua pembangunan-pembangunan yang kita lakukan dari sejak zaman dulu, itu pasti ada perubahan-perubahan di sana yang membuat ada pembengkakan dana anggaran. Jadi dua ini juga yang membuat anggaran (kereta cepat) itu jadi naik," paparnya.
Lanjut dia, sejauh pelaksanaan pembangunan proyek kereta cepat, progresnya hingga saat ini sudah sangat bagus, yaitu sudah mencapai hampir 80%.
"Nah problemnya adalah ini Corona datang dan kita ingin supaya pembangunan ini tepat waktu, jangan tertunda, dan Corona datang ini membuat ada beberapa hal yang menjadi agak terhambat," tambahnya.
(toy/zlf)