Sepenggal Kisah dari Temuan 'Harta Karun' di Proyek MRT Jakarta

Sepenggal Kisah dari Temuan 'Harta Karun' di Proyek MRT Jakarta

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 30 Des 2021 06:30 WIB
Rel trem peninggalan Belanda ditemukan dalam proyek pembangunan MRT Fase 2A Glodok - Kota. Begini penampakannya.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Harta karun bersejarah ditemukan di tengah proyek MRT Jakarta. Harta karun itu adalah temuan jaringan rel moda transportasi trem yang pernah wira-wiri di Jakarta sejak zaman kependudukan Hindia Belanda.

Jaringan trem yang ditemukan cukup panjang, sekitar 400-an meter yang melintang dari kawasan Glodok menuju Museum Bank Mandiri di kawasan Kota Tua.

Sepenggal kisah tersimpan dari temuan ini, kisah tersebut adalah bagaimana transportasi umum di Jakarta pertama kali terbentuk tempo dulu. Di sekitar abad ke-19, trem dinilai menjadi angkutan andalan bagi warga Jakarta yang saat itu masih bernama Batavia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) Junus Satrio Atmodjo, trem di Jakarta pertama kali muncul di tahun 1869. Namun, di saat itu trem tidak langsung menggunakan mesin lokomotif uap maupun listrik.

"Kalau bicara sejarah trem di Jakarta itu dibangun 1869. Dia lebih muda dua tahun dari jalur kereta api pertama di Indonesia pada 1867 di Semarang," ungkap Junus dalam diskusi virtual yang dilakukan MRT Jakarta, Rabu (29/12/2021).

ADVERTISEMENT

Trem dibangun demi efektivitas perpindahan orang dan barang di Batavia saat itu. Utamanya untuk menghubungkan kawasan utara Batavia di sekitar Kota Tua ke Selatan atau kawasan Harmoni.

"Di pertengahan abad 19 ada kebijakan bangun transportasi barang atau orang, karena butuh perpindahan orang dan komoditas ekonomi dengan cepat dari utara ke selatan," ungkap Junus.

Kala itu trem pertama yang ada di Batavia diangkut oleh kuda, bentuknya hanya berupa gerbong-gerbong yang ditarik kuda. Namun, gerbong itu berjalan di atas rel.

"Trem dibangun pertama tidak ditarik oleh lokomotif tapi ditariknya oleh kuda, satu atau dua kuda. Di Amerika dan Eropa konsep seperti ini lazim juga seperti itu, gerbong beroda, di atas trek, dan ditarik kuda. Rute tetap, tak berbeda-beda," papar Junus.

Nah di tahun 1881 baru lah lokomotif uap digunakan pada trem, kuda diganti menjadi mesin bertenaga uap. Empat tahun kemudian lokomotif uap yang dapat giliran untuk digantikan mesin listrik. Di tahun 1885 trem listrik pertama digunakan, kala itu pun pembangkit listrik besar di Jakarta mulai bermunculan.

Namun pada akhirnya, trem sebagai moda transportasi tidak bisa bertahan lama. Seiring kemajuan teknologi, kendaraan di Jakarta pun meningkat. Penggunaan trem pun akhirnya dihentikan per tahun 1957.

"Tetapi sistem ini berhenti di 1957 karena tidak efektif, Jakarta juga mulai banyak kendaraan, daya tampung trem untuk orang Jakarta juga terlalu kecil," kata Junus.

Junus juga sempat memaparkan data mengenai beberapa jaringan trem yang pernah ada di Jakarta tempo dulu. Dalam data yang dia paparkan jaringan trem itu dioperasikan oleh Bataviasche Tranweg Maatschappij (BTM) di tahun 1934.

Ada lima rute yang dioperasikan BTM, namun yang terpanjang melintang sepanjang 14,3 km dari pusat kota Batavia di kawasan Kota Tua hingga daerah Kampung Melayu.

Rute lengkapnya sebagai berikut: Batavia (Kawasan Kota Tua) - Molenvliet (Jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk) - Harmoni - Rijswijk (Jalan Veteran/Kawasan Juanda) - Senen (Kawasan Pasar Senen) - Kramat (Kawasan Kramat Raya) - Matramanweg (Kawasan Matraman) - Meester Cornelis (Kawasan Jatinegara) - Kampong Melajoe (Kawasan Kampung Melayu).

Lalu bagaimana nasib temuan rel trem yang ada di Glodok hingga Kota Tua? Baca di halaman berikutnya.

Junus menjelaskan akan ada 7 hal yang dilakukan pihaknya dalam menangani temuan jaringan rel trem ini. Mulai dari pengupasan, penampakkan, pencatatan dan dokumentasi, pelepasan, pengangkatan, pengangkutan, hingga penyimpanan.

Sampai saat ini menurutnya, penanganan baru dilakukan sampai tahap ketiga, yaitu pencatatan. Itu pun baru di satu titik saja yang terletak di kawasan Glodok.

"Sampai di mana saat ini prosesnya? Sekarang kita masih ada di pencatatan. Ada satu titik yang sudah tampak. Untuk pelepasan masih diuji coba, tapi baru di lokasi tempat yang kita buka saja," ungkap Junus.

Namun dia bilang proses pelepasan secara masif bakal dilakukan dalam waktu dekat. Pasalnya pembersihan lokasi sudah dilakukan secara intensif. Rel akan dibongkar per komponen mulai dari relnya, bantalan relnya, hingga skrup-skrupnya.

"Dalam waktu dekat akan ada P yang keempat, yaitu pelepasan. Pembersihan lokasi dalam waktu dekat sudah terlaksana," ungkap Junus.

Selanjutnya, Junus menjelaskan rel-rel itu akan dibawa ke tempat lain untuk disimpan selama masa pembangunan proyek MRT di Glodok dan Kota Tua selesai. Kemungkinan waktunya selama 4 tahun.

Tempat penyimpanan relnya sendiri berada di pool PPD Jelambar, sekitar 6 km dari lokasi penemuan rel trem.

"Akan disimpan rel itu selama beberapa tahun dalam rangka konservasi. Akan dibersihkan dan di-maintain agar tidak rusak," papar Junus.

Penyimpanan dilakukan di area milik PPD karena rel-rel trem ini merupakan cikal bakal pendirian Perum PPD. Maksudnya, rel trem ini dimiliki oleh perusahaan Belanda yang mengoperasikan trem di Jakarta sejak abad 19 yang lalu, kemudian perusahaan itu berubah menjadi PPD saat Indonesia merdeka.

Junus menjelaskan belum ada kesepakatan yang jelas soal nasib rel-rel trem ini pasca proyek MRT selesai dilakukan. Dia bilang Pemprov DKI sendiri meminta agar rel-rel tersebut kembali dipasang di lokasi yang sama setelah pengerjaan MRT selesai. Namun, hal itu masih wacana.

"Ada indikasi untuk dikembalikan, itu masih akan didiskusikan. Apakah ditanam, atau dikembalikan ke permukaan jalan. Kalau dikembalikan kan harus dikonservasi dilakukan dengan baik, memunculkan kembali enkripsinya, mengawetkan bantalan kayu supaya bisa awet," ungkap Junus.

Wacana lainnya, trem akan dipamerkan di Stasiun MRT apabila sudah selesai. Hal itu untuk memberitahukan bahwa saat pengerjaan MRT ada temuan sejarah yang ditemukan. Selain wacana tersebut, Junus juga menyampaikan sebagian temuan juga akan dibawa ke UI untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan.




(hal/das)

Hide Ads