Proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2 sepanjang 2022 menyita perhatian. Banyak sekali penemuan 'harta karun' bersejarah di proyek pembangunan MRT dari Bundaran HI ke Kota Tua tersebut.
Tim Arkeologi dari kontraktor MRT Jakarta Junus Satrio Atmodjo mengatakan ada ribuan temuan 'harta karun' dalam pembangunan proyek MRT Jakarta. Sayangnya banyak di antaranya sudah tidak bisa lagi dianalisis karena hanya berupa pecahan-pecahan saja.
"Wah banyak ada ribuan, tapi kecil-kecil, pecahan-pecahan keramik, potongan pipa banyak sekali, karena kecilnya sampai nggak bisa kita ambil jadi sampel karena tak bisa kita analisis," ungkap Junus kepada wartawan, Selasa (20/9/2022).
Menurut Tim Arkeolog yang menangani temuan di proyek MRT Fase 2 Charunia Arni Listya D, memang wajar ditemukan banyak 'harta karun' di sekitar proyek MRT Jakarta. Hal itu terjadi karena lokasi proyek berdekatan dengan pusat kota Batavia alias Jakarta tempo dulu.
Di sekitar Glodok dan Kota Tua yang masuk ke dalam paket pengerjaan MRT CP 203 misalnya, menurut arkeolog yang akrab disapa Lisa itu, kawasan Glodok dan Kota Tua berdekatan dengan pusat niaga, pusat pemerintahan, hingga pusat pemukiman Batavia.
"Di 203 (sekitar Glodok dan Kota Tua) itu kan awalnya pusat pemerintahan dan pusat bisnis, di pinggirnya juga pemukiman orang Batavia. Makanya di situ banyak artefak lepas," kata Lisa ditemui di lokasi temuan trem kuno di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2022).
Berikut temuan 'harta karun' di proyek MRT Jakarta sepanjang 2022:
Saluran Air Kuno
Dalam bahan paparan Forum Jurnalis MRT Jakarta bulan September 2022, pada Desember 2021 ditemukan Saluran Air Kuno Batavia yang merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
Saluran air yang ditemukan itu disinyalir merupakan bagian dari sistem pasokan air bersih Kota Batavia alias waterleiding pada abad 18. Saluran itu mengalirkan air bersih melalui kolam air atau water plat sampai menuju Benteng atau Kastil Batavia.
Dulunya banyak orang-orang Belanda tinggal di dalam kastil tersebut. Area kastil tersebut sekarang menjadi area Museum Fatahilah.
Junus mengatakan saluran air itu memasok air hanya untuk masyarakat di dalam kastil Batavia saja. Diperkirakan ada sekitar 9-10 ribu orang di dalamnya, terdiri dari orang-orang Belanda dan budak dari masyarakat lokal.
Jalur pipa air itu direncanakan sekitar tahun 1730, pembangunannya memakan waktu cukup lama karena menunggu pengiriman material langsung dari Belanda. Di tahun 1800-an baru lah saluran air bersih itu bisa digunakan secara penuh.
"Direncanakan 1730, datanya 1755 masih dikerjakan, 1780 masih dikerjakan. Prosesnya lama karena bata-bata ini didatangkan dari Belanda, kita bisa bayangkan kapal-kapal Berlalu lalang ke sini membawa bata ini. Bata-bata ini kan sebagai balas ya, penyeimbang," ungkap Junus.
Jembatan Kuno
Masih pada bahan paparan yang sama, ditemukan juga struktur jembatan Glodok Kuno yang merupakan Objek Diduga Cagar Budaya.
Hal itu diketahui berdasarkan peta lama Batavia. Sebelumnya terdapat jembatan untuk menyebrangi kanal Kali Besar yang sekarang menjadi Jl. Pancoran dan Jl. Pinangsia Raya.
Lanjut ke halaman berikutnya.