Meski lebih lambat, kata Arya, waktu yang dibutuhkan LRT untuk melintas tidak begitu banyak. Sebab, belokannya sangat pendek.
"Dan itu dari sisi waktu tidaklah begitu banyak, karena toh pendek juga belokannya itu. Jadi sebetulnya nggak merugikan, walaupun lebih lambat tapi nggak rugi," terang Arya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, konstruksi longspan bukanlah kesalahan tapi merupakan pilihan. Dia kembali mengatakan, longspan yang ada saat ini lebih bagus dari sisi struktur maupun ekonomi.
"Bayangkan tiang-tiang di tengah jalan tol dibangun tiang, akan lebih berat dan lebih mahal, tapi memang ada konsekuensinya lebih lambat bagi LRT, tapi dari sisi struktur itu lebih baik dan lebih murah," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, ketika menangani proyek ini, ia membuat project management office (PMO) untuk memastikan integrasinya tercipta. Ia pun kemudian mengungkap 'borok' proyek ini, salah satunya, pada longspan dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan. Menurutnya, konstruksi itu salah desain.
"Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya," kata Tiko.
"Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget," tambahnya.
(acd/rrd)