Jakarta -
Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara penguasa sektor keuangan dunia. Bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed) sebagai pengatur arus dolar, merupakan penggerak sektor keuangan dunia.
Gubernur The Fed, Janet Yellen, merupakan sosok wanita yang selalu menjadi omongan para pelaku sektor keuangan dunia. Tak hanya kebijakannya yang dinanti-nanti, sikap diamnya pun seringkali dijadikan rumor penggerak pasar.
Saat ini kondisi ekonomi AS membaik, pasca krisis global 2008 lalu. Membaiknya perekonomian AS, membuat The Fed memberikan sinyal untuk menaikkan bunga acuannya. Bila bunga di AS naik dari levelnya yang nyaris 0% saat ini, bakal membuat dolar-dolar AS yang lari ke negara lain bakal 'pulang kampung'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai terakhir The Fed melakukan pertemuan Rabu malam, Yellen tidak memberikan kepastian kapan bunga acuan akan dinaikkan. Padahal sudah muncul spekulasi di pasar keuangan dunia, bunga acuan The Fed akan naik sebelum Juni 2015.
Kondisi ini membuat mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah bertekuk lutut terhadap dolar AS. Bahkan di Indonesia, dolar AS perkasa hingga Rp 13.200.
Berikut cuplikan kisah tentang Yellen, yang menjadi penggerak sektor keuangan dunia, seperti dirangkum
detikFinance, Jumat (20/3/2015).
The Federal Reserve/The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS), telah menyelesaikan pertemuan bulanannya. Memang belum ada petunjuk yang jelas, soal kenaikan suku bunga, tetapi pelaku pasar menerka The Fed belum menempuh kebijakan tersebut dalam waktu dekat.
Berikut adalah pernyataan Yellen usai rapat The Fed Rabu malam:
"Kami memastikan target suku bunga 0,25%. Hanya karena kami menghapus kata sabar dalam pernyataan, bukan berarti kami tidak sabar. Kami menilai kondisi ekonomi belum pasti akan membaik saat pertemuan April mendatang. Kenaikan suku bunga bisa terjadi di pertemuan-pertemuan selanjutnya, tergantung situasi ekonomi.Kami menegaskan, pertemuan kali ini jangan diartikan bahwa kami mengindikasikan sudah menentukan waktu untuk menaikkan suku bunga. Kami juga menegaskan, kenaikan suku bunga belum tentu akan dilakukan Juni, meski kami juga belum bisa bilang tidak."Omongan singkat Yellen tersebut membuat pelaku pasar pun langsung bergerak. Bursa saham dan mata uang negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) bergerak menguat, karena diperkirakan kenaikan suku bunga di AS belum akan terjadi dalam waktu dekat. Rupiah pun menguat, di mana saat ini dolar sudah meninggalkan level Rp 13.000.
Dollar Index (perbandingan dolar AS dengan sejumlah mata uang utama dunia) juga turun. Saat ini, Dollar Indeks berada di posisi 98,005. Sebelumnya, Dollar Index sempat menyentuh level 100.
"The Fed dan pelaku pasar sudah berjalan di jalur yang sama soal kenaikan suku bunga. Mereka ingin kebijakannya tidak hanya mendukung ekonomi AS, tetapi seluruh dunia," tutur David O'Malley, CEO Penn Mutual Asset Management.
Janet Yellen bisa dibilang wanita paling berkuasa di dunia. Betapa tidak, apa pun pernyataan yang keluar dari mulutnya pasti menggerakkan pasar keuangan dunia, terutama naik-turunnya kurs dolar AS.
Kira-kira berapa Yellen digaji dengan kekuasaan sebesar itu? Sebelum itu kita lihat dulu gaji tertinggi di bank sentral AS tersebut.
Reuters mengumpulkan, data gaji para pegawai The Fed sesuai permintaan yang mengacu kepada undang-undang kebebasan informasi. Dari data tersebut diketahui, The Fed menempati posisi tertinggi untuk besaran gaji pegawai pemerintahan.
Gaji terendah di The Fed sebesar US$ 130.810 (Rp 1,7 miliar) per tahun atau sekitar Rp 141 juta per bulan. Gaji terendahnya ini saja termasuk paling tinggi di antara PNS AS.
Sementara gaji tertinggi pegawai The Fed mencapai US$ 312.000 (Rp 4 miliar) per tahun, per bulannya sekitar Rp 338 juta. Apakah ini gajinya Yellen?
Ternyata bukan. Yellen hanya digaji US$ 201.700 (Rp 2,6 miliar) per tahun, atau setara Rp 218 juta per bulan. Gaji paling tinggi itu diberikan kepada pejabat lain di The Fed.
Gaji Yellen ini tidak bisa menyamai para pejabat lainnya karena ditentukan oleh Kongres AS. Para pegawai yang mendapat gaji lebih tinggi dari Yellen dengan beberapa syarat khusus.
Gaji yang diterima Yellen ini hanya sedikit lebih besar dari Gubernur Bank Indonesia (BI) yang digaji sekitar Rp 200 juta per bulan.
Meski jadi orang nomor satu di bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), gaji Yellen bukan yang tertinggi. Namun harta Yellen terbilang cukup lumayan.
Harta Yellen nilainya lebih tinggi dari Gubernur The Fed sebelumnya, Ben Bernanke. Berdasarkan perhitungan tahun lalu, harta Yellen diperkirakan mencapai US$ 13,1 juta (Rp 170 miliar).
Seperti dilansir dari CNN yang mengutip data Wall Street Journal, harta Yellen ini merupakan hasil gabungan dengan suaminya, ekonom pemenang penghargaan Nobel bernama George Akerlof.
Mayoritas hartanya adalah simpanan berbagai bentuk, seperti dana pensiun sampai tabungan gaji yang dulu didapat saat mengajar di Universitas California. Yellen juga punya saham di beberapa perusahaan seperti Pfizer dan OfficeMax.
Suami Yellen juga punya koleksi perangko yang bernilai sekitar US$ 15.000 hingga US$ 50.000.
Nilai harta ini jauh di atas Bernanke yang melaporkan punya harta senilai US$ 2,3 juta ditambah dengan rumah yang masih dicicil senilai US$ 1 juta.
Janet Yellen mengatakan, The Fed masih melihat perkembangan ekonomi Negeri Paman Sam sebelum menaikkan suku bunga acuan.
Pernyataan Yellen tersebut membuat pasar modal 'bergairah', terutama di negara-negara berkembang. Suku bunga di AS yang sepertinya belum naik dalam waktu dekat membuat pelaku pasar masih mau masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Komentar Yellen adalah bahwa AS masih ingin melihat perbaikan ekonomi di sana. Ada kemungkinan Fed Fund Rate mungkin tidak sampai 1.000 basis poin seperti yang diperkirakan. Mungkin 600-650 basis poin," jelas Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan.
Kemudian, lanjut Bambang, waktu kenaikan bunga acuan kemungkinan agak mundur dari perkiraan awal yaitu Juni-Juli 2015. Hal ini memberi angin segar terhadap pergerakan pasar keuangan Indonesia.
"Timing-nya tidak harus atau secepat yang diperkirakan pada Juli, dan itu bisa menyejukkan pasar. Terlihat pada pergerakan rupiah hari ini," tutur Bambang.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini bergerak cenderung menguat. Bahkan sempat berada di bawah level Rp 13.000/US$.
"Tentunya rupiah mengantisipasi pertemuan-pertemuan The Fed seterusnya dan recovery ekonomi di Indonesia," sebut Bambang.
Ke depan, Bambang memperkirakan situasi perekonomian global masih penuh ketidakpastian. Lagi-lagi ketidakpastian ini disebabkan The Fed.
"Semua orang menunggu kapan dan seberapa besar (kenaikan suku bunga). Tapi orang sudah melihat kemungkinan tidak terlalu besar dan tidak secepat yang diperkirakan," ucapnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman