Menanggapi kebijakan BI tersebut, perbankan BUMN menjamin tidak langsung menaikkan juga bunga kredit.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kenaikan suku bunga acuan saat ini utamanya untuk menjaga stabilitas.
"Jadi saya rasa kalau pertumbuhan 25 bps ini so far impact-nya ke perbankan belum terasa signifikan ya, harusnya bunga kredit tidak akan mengikuti, bunga kredit akan kita jaga seperti sekarang," kata pria yang akrab disapa Tiko itu di Komplek Istana, Jakarta, Rabu (30/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita tetap optimis bahwa walau bunga naik demand kredit sampai akhir tahun akan lebih baik. Dengan pertumbuhan 8-9%, harusnya kita tetap optimis bahwa pertumbuhan kredit bisa 10%," kata Tiko.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ahmad Baiquni mengaku kenaikan bunga acuan BI tidak akan langsung membuat bunga kredit naik.
"Kita lagi hitung biasanya nggak langsung dalam arti kata saat ada kenaikan BI rate itu nanti kita lihat pengaruh ke cost of fund gimana. Kalau ada kenaikan, nanti kita lihat lah berapa," kata Baiquni.
Dia menuturkan, dampak kenaikan suku bunga acuan ini baru bisa dirasakan setelah 2 bulan masa implementasi. Menurut Baiquni BNI bisa saja menaikkan suku bunga atau tidak, tergantung setelah 2 bulan nanti.
"Bisa iya bisa nggak ya. Kita lihat kemarin saat suku bunga rendah kemarin kan pertumbuhan kredit tak langsung loncat, ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto menyebutkan akan tetap menahan bunga kredit meskipun BI 7 Days Repo Rate naik lagi menjadi 4,75%.
"Kita nggak terlalu ini sih, kita sih tahan nggak naik karena kita perlu situasi yang kondusif juga," kata Suprajarto. (dna/dna)